7 Cerita Fabel Bahasa Inggris Singkat dan Terjemahannya, Penuh Pesan Moral
Pesan Moral: Orang-orang akan memperlakukan seseorang sama seperti ia memperlakukan mereka. Dalam kisah ini, Rubah seakan mengolok-olok Bangau dengan menawarinya makan malam di piring yang tidak bisa digunakan untuk makan. Sebagai bentuk pelajaran pada Rubah, Bangau pun mengundang balik Rubah untuk makan malam di rumahnya dengan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh Rubah.
Meskipun Bangau baik hati, namun ketika ia melihat tetangganya sendiri melakukan tipuan untuk bersenang-senang, ia ingin memberikan pelajaran. Bangau mengajarkan kepada Rubah bahwa orang lain akan memperlakukanmu sama seperti yang dilakukannya kepada orang lain.
3. Judul: Rabbit and Twenty Crocodiles
One day, a rabbit will cross the river, but he cannot swim. He has an idea. He called the head of the crocodile who was swimming in the river. Rabbit asks the head of Crocodile.
"How many crocodiles are there in this river?" Head of Crocodile answered, “We have twenty tails here."
"Where are they?" Rabbit asks for some time. "What for?" The head of the crocodile asked.
"You're all good, so I want you to line up regularly,".
The chief then Crocodile called out all his friends and marched regularly. Then the Rabbit starts the calculation by jumping from one Crocodile to another Crocodile: one … two … three … four … to twenty, and finally he thanks all the Crocodiles because he can cross the river.
The message contained in the fable is, that before we act better we think first so we can solve the existing problem.
Terjemahan Kelinci dan Dua Puluh Buaya:
Pada suatu hari, seekor Kelinci akan menyeberangi sungai, namun ia tidak bisa berenang. Dia memiliki suatu ide. Dia memanggil kepala Buaya yang sedang berenang di sungai. Kelinci bertanya kepada kepala Buaya.
"Ada berapa banyak Buaya di sungai ini?" Kepala Buaya menjawab, "Kami disini ada dua puluh ekor,".
"Di mana mereka?" Kelinci bertanya untuk beberapa waktu, "Untuk apa itu?" Kepala Buaya bertanya.
"Kalian semua baik, jadi aku ingin kalian berbaris secara teratur,".
Kepala kemudian Buaya memanggil semua temannya dan berbaris secara teratur. Kemudian Kelinci memulai hitungannya dengan meloncat dari satu Buaya ke Buaya yang lainnya : satu…dua….tiga…empat…hingga dua puluh, dan akhirnya dia berterima kasih ke semua Buaya karena ia dapat menyeberangi sungai.
Pesan Moral: Cerita ini mengajarkan para pembaca untuk berpikir lebih matang sebelum bertindak agar bisa menyelesaikan permasalahan dengan baik.
4. Judul: Elephant and Mouse
One day, an Elephant was walking through the forest. He stepped on a Mouse. The Mouse was very angry and said, “You are so big and strong. Why did you step on me?" The Elephant said, "I'm sorry. I didn’t see you.” The Mouse said, "Now you have to carry me on your back."
The Elephant thought this was a good idea and picked up the Mouse. He carried him on his back for a while, but then he got tired and put him down.
The Mouse said, "Now you have to carry me all the way to my home." The Elephant thought this was a good idea and picked up the Mouse again. He carried him all the way to his home and then put him down. The Mouse said, "Thank you for carrying me."
Terjemahan Gajah dan Tikus:
Suatu hari, seekor Gajah sedang berjalan melalui hutan. Dia menginjak Tikus. Tikus sangat marah dan berkata, "Kamu begitu besar dan kuat. Mengapa kamu menginjak saya?" Gajah berkata, "Maaf. Aku tidak melihatmu." Tikus berkata, "Sekarang kamu harus menggendongku di punggungmu."
Gajah berpikir ini adalah ide yang bagus dan kemudian menggendong tikus itu. Dia menggendongnya di punggungnya untuk sementara waktu, tetapi kemudian dia lelah dan menurunkannya.
Tikus berkata, "Sekarang kamu harus menggendongku sampai ke rumahku." Gajah berpikir ini adalah ide yang bagus dan menggendong tikus itu lagi. Dia membawanya sampai ke rumahnya dan kemudian menurunkannya. Tikus berkata, "Terima kasih telah menggendongku."
Pesan Moral: Cerita fabel ini mengajarkan pembaca untuk selalu bersikap baik kepada orang lain.
5. Judul: The Crying Stone
Once upon a time, in a small village in Borneo Island, there lived a mother and her daughter. The daughter was popular among villagers because of her beautiful face but she has bad behavior.
She always spent her time in front of the mirror admiring her beautiful face. She never helped her mother to fulfill their daily needs. The daughter always made her mother sad. However, the mother still loved her very much.
One day, the girl asked her mother to buy her a new gown. The mother refused it because she had no money. Because the mother loved her daughter so much, she finally bought her a new gown.
Both went to the market. But the daughter asked her mother to walk behind because she was embarrassed if people saw them together. Once again, because of her love, the mother obeyed the daughter's request.
Along the way home, the daughter still walked in front of her mother. People passing asked about the woman behind her. The daughter answered that she was not her mother but her servant. The mother kept silent. But inside her deep heart, she prayed to God to punish her daughter.
Suddenly, her daughter's legs turned into stone. The daughter realized that it was because she had hurt her mother's feelings. She begged her mother to forgive but it was too late.
Slowly, her body also turned into stone. Though the daughter had become a stone, the tears were still seen, which was why the stone was called Batu Menangis.
Moral of the story: Never hurt your parent's feelings.
Terjemahan Batu yang Menangis:
Dahulu kala, di sebuah desa kecil di Pulau Kalimantan, hiduplah seorang ibu dan putrinya. Putrinya populer di kalangan penduduk desa karena wajahnya yang cantik tetapi dia memiliki perilaku yang buruk. Dia selalu menghabiskan waktunya di depan cermin untuk mengagumi wajahnya yang cantik.
Dia tidak pernah membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anak perempuan itu selalu membuat ibunya sedih. Namun, sang ibu tetap sangat menyayanginya.
Suatu hari, gadis itu meminta ibunya untuk membelikannya gaun baru. Sang ibu menolaknya karena dia tidak punya uang. Karena sang ibu sangat mencintai putrinya, dia akhirnya membelikannya gaun baru.
Keduanya pergi ke pasar. Namun sang putri meminta ibunya untuk berjalan di belakang karena malu jika orang melihat mereka bersama. Sekali lagi, karena cintanya, sang ibu menuruti permintaan putrinya.
Sepanjang perjalanan pulang, sang putri masih berjalan di depan ibunya. Orang-orang yang lewat bertanya tentang wanita di belakangnya. Anak perempuan itu menjawab bahwa dia bukan ibunya tetapi pelayannya. Sang ibu terdiam.
Namun di lubuk hatinya yang terdalam, dia berdoa kepada Tuhan untuk menghukum putrinya. Tiba-tiba, kaki putrinya berubah menjadi batu. Putrinya menyadari bahwa itu karena dia telah menyakiti perasaan ibunya.