Analisis BMKG soal Banjir Bandang di Ternate yang Tewaskan 18 Orang
Dwikorita mengatakan, bersamaan dengan fenomena tersebut, terdeteksi juga area tekanan rendah atau low pressure area di Samudera Pasifik sebelah timur Ternate Utara.
“Semuanya ini menguapkan memacu terbentuknya awan-awan hujan yang menjadi lebih masif dan sesuai hasil analisis dan perkiraan kami tiga hari ya, tiga hari atau bahkan tertekan tanggal 22 Agustus, berarti ya kurang lebih lima hari sebelumnya itu akan terjadinya hujan seperti itu,” paparnya.
Lebih lanjut, kata dia, banjir bandang yang melanda Ternate dipicu oleh cuaca ekstrem dan longsoran lereng gunung akibat getaran gempa lemah. Air hujan yang turun tidak terserap maksimal dan tersumbat di hulu sungai sehingga saat intensitas hujan tinggi, air meluap dan melimpas ke permukiman.
Dwikorita mengingatkan meskipun BMKG sudah memberikan peringatan dini sebelum banjir bandang terjadi, kurangnya perhatian terhadap peringatan tersebut menjadi salah satu penyebab dampak yang lebih besar.
“Dengan potensi banjir susulan yang masih tinggi, BMKG bersama pemerintah daerah terus melakukan sosialisasi terkait peringatan dini dan langkah-langkah mitigasi agar masyarakat lebih siap menghadapi kemungkinan bencana di masa mendatang,” kata dia.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, 18 orang meninggal dunia dan satu korban masih dalam pencarian per Kamis (29/8/2024).
Lokasi terdampak banjir bandang berada di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Selain korban jiwa, lima unit rumah dan satu musala rusak berat terdampak materiel banjir.
Editor: Rizky Agustian