Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Projo Mau Ganti Logo Hapus Siluet Jokowi, Budi Arie: Supaya Tak Terkesan Kultus Individu
Advertisement . Scroll to see content

Apa Itu Sindrom Steven Johnson? Penyakit yang Diduga Diidap Jokowi Setelah Pulang dari Vatikan

Selasa, 10 Juni 2025 - 02:15:00 WIB
Apa Itu Sindrom Steven Johnson? Penyakit yang Diduga Diidap Jokowi Setelah Pulang dari Vatikan
Apa Itu Sindrom Steven Johnson? Penyakit yang Diidap Jokowi Seusai Pulang dari Vatikan (Foto: MPI/Ary Wahyu Wibowo)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Apa itu Sindrom Steven Johnson? Penyakit ini merupakan kondisi medis serius yang menjadi perhatian publik setelah muncul dugaan bahwa Presiden RI ke -7 Joko Widodo (Jokowi) mengidap penyakit ini setelah kunjungannya ke Vatikan. 

Sindrom Steven Johnson (SJS) adalah reaksi alergi berat yang menyerang kulit dan selaput lendir, yang dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Apa Itu Sindrom Steven Johnson?

Sindrom Steven Johnson adalah reaksi hipersensitivitas tubuh yang biasanya dipicu oleh obat-obatan tertentu atau infeksi. Kondisi ini ditandai dengan munculnya ruam merah atau keunguan yang menyebar luas, disertai lepuhan pada kulit dan selaput lendir seperti mulut, mata, hidung, dan alat kelamin. Lapisan atas kulit yang terkena akan mati dan mengelupas, menyebabkan rasa sakit yang hebat.

Menurut Djuanda A. dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5, Sindrom Steven Johnson merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi atau infeksi yang mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis mengelupas dan memisahkan dari dermis. 

Sindrom ini dianggap sebagai reaksi hipersensitivitas kompleks yang mempengaruhi kulit dan selaput lendir, dengan manifestasi klinis berupa eritema, vesikel, dan bula yang dapat disertai purpura. Penyakit ini bersifat akut dan pada bentuk yang berat dapat menyebabkan kematian, sehingga merupakan kegawatdaruratan penyakit kulit.

Secara medis, SJS termasuk kondisi langka dan serius yang memerlukan penanganan di rumah sakit karena berpotensi menyebabkan komplikasi berat seperti pneumonia, sepsis, hingga kematian. Sindrom ini juga dikenal sebagai bentuk ringan dari toxic epidermal necrolysis (TEN), yang merupakan kondisi dengan tingkat keparahan lebih tinggi.

Penyebab Sindrom Steven Johnson

Penyebab utama Sindrom Steven Johnson adalah reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat yang sering menjadi pemicu antara lain:

  • Obat asam urat, seperti allopurinol
  • Obat pereda nyeri, seperti meloxicam, naproxen, piroxicam, paracetamol, dan ibuprofen
  • Antibiotik, terutama penisilin dan golongan sulfonamida
  • Obat antikejang seperti phenytoin, carbamazepine, dan lamotrigine
  • Obat antivirus seperti nevirapine

Selain obat, infeksi virus seperti herpes simplex, herpes zoster, pneumonia, HIV, dan hepatitis juga dapat memicu SJS. Pada beberapa kasus, paparan sinar ultraviolet dan radioterapi juga menjadi faktor pemicu.

Gejala Sindrom Steven Johnson

Gejala awal SJS biasanya menyerupai flu, termasuk demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, batuk, dan rasa tidak enak badan. Setelah itu, muncul ruam merah atau ungu yang menyebar cepat di kulit, disertai lepuhan dan pengelupasan kulit. Luka juga dapat muncul di mulut, mata, hidung, dan alat kelamin, menyebabkan rasa perih dan nyeri hebat.

Gejala lain yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Peradangan dan pembengkakan pada wajah dan lidah
  • Rasa panas dan nyeri pada mata
  • Luka lepuh yang menyebar luas dan kulit yang mengelupas
  • Kesulitan menelan dan berbicara akibat luka di mulut

Jika gejala ini muncul, segera cari pertolongan medis karena SJS adalah kondisi darurat yang memerlukan penanganan intensif.

Penanganan dan Pengobatan

Penanganan Sindrom Steven Johnson harus dilakukan di rumah sakit dengan rawat inap. Langkah awal yang paling penting adalah menghentikan penggunaan obat yang dicurigai menjadi penyebab. Perawatan suportif meliputi pengelolaan luka, pengendalian rasa sakit, dan pencegahan infeksi sekunder. Dalam beberapa kasus, terapi imunosupresan dengan kortikosteroid atau siklosporin dapat diberikan untuk mengurangi reaksi imun yang berlebihan.

Pemulihan dari SJS bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung tingkat keparahan dan respons terhadap pengobatan. Komplikasi jangka panjang seperti gangguan penglihatan dan jaringan parut kulit juga perlu diwaspadai.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut