Berjam-jam Menembus Hutan, Operasi Kopassus Nyaris Gagal karena Gonggongan Anjing
Pukul 04.00 pagi, sarang Permesta dapat dikuasai. Musuh yang selamat kocar-kacir melarikan diri dan meninggalkan senjata berat yang nantinya digunakan untuk menyerang musuh di bawah bukit.
Pertahanan musuh itu lantas diserahkan kepada KKO, sementara pasukan RPKAD terus bergerak ke depan. Mereka menghadapi musuh lagi dan terjadi pertempuran sengit selama 2 jam.
“Pada 3 September 1958, pukul 06.00, pertahanan Permesta di Gunung Potong dapat dikuasai seluruhnya oleh RPKAD,” ucap Iwan.
Buku Kopassus juga menuliskan, pasukan Permesta kembali melakukan gerilya setelah peristiwa itu, tetapi dapat ditumpas oleh operasi lanjutan yang dilakukan oleh calon RPKAD dari Batalyon 2/RPKAD di bawah pimpinan Kapten Seno Hartono dan Kapten S Soekoso.
Untuk diketahui, kemunculan Permesta didorong atas ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Hampir mirip terjadi di Sumatra yang akhirnya memunculkan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Permesta bermula pda 2 Maret 1957 ketika puluhan orang berkumpul dalam suatu pertemuan yang dibuka secara resmi oleh Komandan Tentara Teritorium VII (TT-VII) Wirabuana Herman Nicolas Ventje Sumual. Pertemuan itu dihadiri oleh orang-orang sipil terkemuka di Makassar.
”Pada pertemuan itu Sumual membacakan proklamasi keadaan darurat perang untuk Indonesia Timur. Setelah pembacaan proklamasi, Saleh Lahade kemudian membacakan Piagam perjuangan semesta (Permesta). Istilah semesta dipilih untuk menunjukkan bahwa perjuangan itu meliputi semua bidang dan wilayah,” kata Barbara Sillars Harvey dalam ‘Permesta Pemberontakan Setengah Hati’.
Editor: Rizal Bomantama