Biografi Jenderal Ahmad Yani, Perjalanan Pahlawan Revolusi Nasional
Ahmad Yani adalah seorang perwira militer yang bertemu dengan Bandiah Yayu Rulia di Purworejo saat belajar mengetik sebelum mengikuti Pendidikan Militer Shodancho di Bogor. Mereka menikah pada akhir tahun 1944 dan membesarkan delapan orang anak di Magelang. Ahmad Yani menggantikan Abdul Harris Nasution sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Jenderal pada tahun 1963.
Namun, situasi politik di Indonesia berubah drastis pada tahun 1965. PKI mulai mendominasi kursi parlemen dan kabinet, sementara Ahmad Yani menganjurkan pandangan dunia Pancasila yang berbeda dari doktrin komunis yang semakin mendominasi pemerintahan. PKI mengembangkan Kekuatan Kelima dan Nasakom (Nasionalisme-Agama-Komunisme) melalui Presiden Sukarno, yang meningkatkan ketegangan. Meski taat kepada Presiden, Ahmad Yani berupaya menghalangi program persenjataan massa PKI yang sebagian besar adalah buruh dan petani.
Tindakan ini membuat oknum PKI tidak puas dan melaporkannya kepada Presiden. PKI memandang Angkatan Darat sebagai penghalang terbesar bagi realisasi filosofi mereka. Untuk mengatasi hal ini, PKI menculik beberapa pemimpin Angkatan Darat, terutama Ahmad Yani. Pada saat penculikan terjadi, aparat keamanan presiden yang dipimpin Letkol Untung Syamsuri melaksanakan perintah presiden untuk menangkap Ahmad Yani, dan sekitar 200 tentara Tjakrabirawa menangkapnya secara paksa.
Meski berusaha sekuat tenaga, Ahmad Yani akhirnya ditembak mati oleh Sersan Gijadi. Penculikan tersebut terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul 05.00 dan dikenal sebagai peristiwa G30S/PKI dalam sejarah Indonesia.
Demikianlah biografi Jenderal Ahmad Yani sebagai salah satu pahlawan revolusi yang menjadi korban pada peristiwa Lubang Buaya.
Editor: Faieq Hidayat