Biografi Sultan Mahmud Badaruddin II, Pahlawan Legendaris Asal Palembang
JAKARTA, iNews.id - Mengenal biografi Sultan Mahmud Badaruddin II, salah satu pahlawan nasional yang tidak akan terlupakan dalam sejarah Indonesia. Sultan Mahmud Badaruddin II salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Nusantara.
Kehidupannya penuh warna dan warisannya masih berharga hingga saat ini.
Sultan Mahmud Badaruddin II lahir pada 16 November 1767 atau 1 Rajab 1181 Hijriah di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Dia memiliki nama lengkap Raden Muhammad Hasan.
Dia merupakan anak pasangan Sultan Muhammad Baharuddin bin Sultan Ahmad Najmuddin bin Sunan Lemabang dan Ratu Agung bin Datuk Murni bin Abdullah al-Hadi.
Dia juga menjalani pendidikan yang sangat keras untuk mempersiapkan dirinya sebagai pewaris tahta Kesultanan Palembang. Di usia muda, Mahmud Badaruddin II menunjukkan minat yang luar biasa dalam berbagai bidang keilmuan terutama dalam ilmu agama, sastra, dan seni.
Dia juga menjadi Sultan diusia 37 tahun menggantikan masa pemerintahan ayahnya Sultan Muhammad Bahauddin yang telah memimpin Kesultanan Palembang dari tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Badaruddin II memimpin kesultanan Palembang-Darussalam sebanyak dua kali pada periode 1803-1813 dan periode 1818-1821.
Sultan Mahmud muda mempelajari ilmu-ilmu umum pada siang hari dan mengaji serta ilmu agama lainnya pada malam hari. Guru-gurunya didatangkan ke Istana untuk mendidik Raden Hasan secara langsung.
Dalam ilmu agama dia belajar dari ulama-ulama terkemuka seperti, Abdus Shamad al-Palembani, Muhammad bin Ahmad, dan Sayid Abdurrahman al-Idrus. Bahkan dia juga belajar dan mengamalkan Tarekat Sammaniyah.
Keahlian dia dalam mempelajari ilmu umum juga tidak kalah hebatnya, terbukti dia menguasai beberapa bahasa, mulai dari bahasa Arab, Portugis, serta hafal kitab suci Alquran. Selain itu, Mahmud Badaruddin II juga mengasah keterampilan kepemimpinan dalam pertempuran dan politik.
Sikapnya yang terbuka, membentuk dia menjadi pemuda yang berwawasan luas. Ia dipandang sebagai seorang bangsawan yang terpelajar, berani, dan cerdas, serta sangat peduli terhadap orang lain.
Kepribadian dan karakteristiknya berbeda dengan saudara-saudaranya. Dia membangun reputasi sebagai pemimpin muda yang berbakat. Reputasi tersebut didapatkan ketika dia membantu ayahnya dalam pekerjaan membangun benteng.
Sultan Mahmud Badaruddin II pandai dalam menyiapkan strategi perang yang efektif sekaligus memilih pasukan kerajaan secara cermat dan teliti. Semua ini membantunya menjadi seorang pemimpin yang disukai dan dihormati oleh masyarakatnya.
Pemerintahan di bawah Sultan Mahmud sangatlah maju, damai, dan menjadi salah satu pusat perdagangan. Dia sosok pemimpin yang bijaksana dan berani menerapkan hukum-hukum agama di masa pemerintahannya. Pemerintahannya diatur dengan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat Palembang.
Sultan Mahmud Badaruddin II pemimpin yang tegas dan tidak kenal kompromi dalam menghadapi penjajahan Inggris dan Belanda di Palembang. Ia menolak tuntutan Inggris yang menginginkan kekuasaan di wilayahnya.
Setelah gagal melakukan diplomasi dengan Sultan Mahmud, Inggris melakukan serangan wilayah Kesultanan Palembang di bawah pimpinan Mayor Jenderal Robert Rollo Gillespie pada 20 Maret 1812. Atas saran adiknya, Sultan Mahmud akhirnya mengungsi ke daerah Ulu bersama rakyat.
Selama pengungsiannya, Sultan memperkuat pertahanan dengan mendirikan benteng dengan masyarakat yang masih setia padanya. Melihat pasukan Sultan Mahmud bertambah kuat, Mayor Robinson dari Inggris mencoba berunding dan akhirnya Inggris setuju untuk mengembalikan Sultan ke tahtanya.
Pada tahun 1816 Belanda kembali berkuasa di Indonesia dan mengakhiri periode perjuangan rakyat Palembang melawan Inggris. Pada tahun 1819, pasukan Sultan Mahmud bersiap berperang melawan Belanda dengan dukungan ulama Tarekat Sammaniyah. Mereka melancarkan serangan dengan keberanian luar biasa, mengalahkan pasukan Belanda dalam serangan pertama.
Namun ketika memasuki waktu sahur Belanda menyerang secara tiba-tiba dan berhasil menguasai Palembang. Mereka menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II dan membuangnya ke Ternate.
Di Ternate dia diakui sebagai Sultan Ternate selama pengasingannya. Dia banyak membaur dengan masyarakat Ternate dan menjalani kehidupan religiusnya.
Sultan Mahmud Badaruddin II tetap menjadi sosok yang tak terlupakan dalam perjuangan melawan penjajahan. Keberaniannya, keyakinannya, dan semangat juangnya tetap menyala, membangkitkan semangat kemerdekaan di hati setiap generasi masyarakat Palembang.
Ditempat pengasinganya, Sultan Mahmud Badaruddin II meninggal pada 26 September 1852. Dia salah satu tokoh yang tidak boleh dilupakan dalam sejarah Indonesia.
Kehidupan Mahmud Badaruddin II penuh perjuangan dan warisannya yang berharga membuatnya menjadi sosok pemimpin yang sempurna.
Semangat dan dedikasi Sultan Mahmud Badaruddin II dalam melayani rakyat sesuatu yang patut dicontoh oleh generasi-generasi selanjutnya.
Editor: Faieq Hidayat