Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia Timur, Bibit Siklon Tropis 97S Menguat
Advertisement . Scroll to see content

Bukan Fenomena Aphelion, BMKG Ungkap Penyebab Udara Dingin saat Malam di Pulau Jawa 

Jumat, 03 Juni 2022 - 11:47:00 WIB
Bukan Fenomena Aphelion, BMKG Ungkap Penyebab Udara Dingin saat Malam di Pulau Jawa 
Ilustrasi suhu udara dingin saat malam tiba di Pulau Jawa bukan fenomena aphelion. (Foto: Antara).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Viral beberapa daerah di Pulau Jawa yang memperbincangkan udara dingin saat malam tiba akhir-akhir ini. Padahal sudah memasuki musim kemarau. Lalu, masyarakat pun menghubungkan kondisi ini dengan fenomena aphelion. Bagaimana penjelasannya?

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan suhu udara dingin saat malam tiba di Pulau Jawa bukan fenomena aphelion. Fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September).

Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Benua Australia. 
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal, mengatakan pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Herizal mengatakan adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsun Dingin Australia.

“Angin monsun Australia yang bertiup menuju Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, mengakibatkan suhu di wilayah Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin,” katanya dikutip dari media sosial resmi BMKG, Jumat (3/6/2022).

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

“Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari,” kata Herizal.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut