Contoh Teks Drama: Unsur, Ciri, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan
JAKARTA, iNews.id - Contoh teks drama: Unsur, ciri, struktur, dan kaidah kebahasaan perlu diketahui bagi kamu yang memiliki niat terjun ke dunia seni peran.
Drama sendiri termasuk salah satu bentuk karya sastra. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Jumat (15/9/2022) drama adalah cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.
Sama seperti karya sastra lainnya, naskah drama juga membutuhkan sebuah teks untuk digunakan pada pementasan. Itu dimaksudkan agar jalan cerita dapat berlangsung dengan lancar dan sesuai skenario.
Teks drama merupakan teks yang menceritakan tentang kehidupan melalui adegan tokoh dan dipentaskan di atas panggung.
Biasanya, teks drama dapat digunakan sebagai naskah lakon dari para pemeran, alur-alur cerita dan elemen lainnya.
Terdapat empat unsur pada teks drama yakni alur, penokohan, dialog, dan latar. Inilah penjelasannya.
Alur merupakan rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakan cerita pada drama. Adapun alur yang terdapat pada teks drama yakni pengenalan cerita, konflik awal, perkembangan konflik, dan penyelesaian.
Terdapat tiga jenis alur yakni alur maju, mundur dan campuran (Maju dan mundur).
Penokohan dalam drama terbagi menjadi dua yakni peran dan perwatakan tokoh. Pada peran terdapat tokoh utama dan tokoh pembantu. Sedangkan perwatakan tokoh yakni sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam drama.
Pada sebuah pementasan drama, tentu membutuhkan media komunikasi berupa bahasa. Melalui bahasa pula, penonton dapat mengetahui watak tokoh, latar, dan waktu peristiwa pada drama.
Dialog merupakan kegiatan berkomunikasi yang dilakukan antar dua orang atau lebih. Pada drama perlu adanya dialog antar tokoh. Dialog dibuat untuk membangun emosi, membentuk karakter dan ekspresi.
Latar atau setting adalah keterangan menunjukkan waktu, tempat dan suasana pada sebuah cerita pada drama.
Berikut ini ciri-ciri teks drama yang perlu diperhatikan.
1. Terdapat cerita berbentuk dialog pada teks drama. Dialog tersebut dapat berupa ucapan dari tokoh drama maupun narator.
2. Banyak konflik dan aksi yang terdapat pada teks drama.
3. Terdapat beberapa petunjuk khusus yang harus dilakukan oleh tokoh di teks drama.
4. Teks drama harus dipentaskan atau dilakonkan di hadapan banyak orang.
5. Dilakukan di atas panggung dengan berbagai properti seperti sound system, pencahayaan dan lain-lain.
Struktur teks drama terdiri dari tiga bagian yakni prolog, dialog, dan epilog.
Prolog pada teks drama berisikan kata-kata pembuka, pengantar, maupun latar belakang. Biasanya narator atau dalang yang ditugaskan untuk menyampaikan prolog pada awal drama.
Dialog merupakan percakapan yang terjadi antar tokoh drama. Orientasi (Bagian awal cerita), komplikasi (Bagian pengembangan cerita), dan resolusi (Bagian akhir cerita) adalah tiga bagian para dialog.
Epilog adalah kata-kata penutup untuk mengakhiri drama. Pada epilog biasanya berisi tentang kesimpulan dan amanat yang ingin disampaikan kepada penonton sebagai pesan moral.
Terdapat 8 kaidah kebahasaan teks drama.
1. Setiap dialog menggunakan tanda petik.
2. Menggunakan kata ganti orang pertama dan kedua pada dialog antar tokoh seperti aku, saya, kami, kita, kamu dan kalian.
3. Menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog maupun epilog seperti dia, beliau, ia, -nya).
4. Terdapat kata kerja yang dapat menggambarkan suatu peristiwa semisal menyingkirkan, beristirahat dan menghadap.
5. Adanya konjungsi temporal yakni sebelum, sekarang, setelah itu, kemudian, dan mula-mula.
6. Menggunakan kata kerja yang dapat memberikan keterangan apa yang dipikirkan maupun dirasakan oleh setiap tokoh seperti menginginkan, mengalami dan merasakan.
7. Adanya kata sifat sebagai bentuk penggambaran setiap tokoh atau karakter seperti kuat, gagah, baik dan sebagainya.
8. Penggunaan bahasa dalam drama biasanya menggunakan bahasa yang tidak baku. Hal itu dimaksudkan agar penonton dapat mudah mengerti dengan dialog antar tokoh dan jalannya cerita pada drama.
Prolog
Pagi itu di sebuah SMP, seorang guru datang ke kelas 8A. Kelas yang mulainya gaduh menjadi sunyi karena kedatangan guru tersebut.
Dialog
Guru: “Selamat pagi, Anak-anak!”
Semua siswa: “Selamat pagi, Pak!”
Guru: “Anak-anak, tugas karya tulis minggu kemarin silakan dikumpulkan ke depan.”
Semua siswa: “Baik, Pak.” (satu persatu siswa mulai berjalan ke depan kelas untuk mengumpulkan tugas karya tulis masing-masing)
Guru: “Karena ini merupakan tugas perorangan, maka penilaian akan dilakukan berdasarkan isi dari karya tulis kalian. Jadi sekarang tolong masukkan buku kalian semua, Bapak akan mengadakan ulangan.”
Reni: “Hah, ulangan apa lagi, Pak? Baru saja 3 hari yang lalu diadakan ulangan.”
Guru: “Rara, tolong dibagikan kertas folio ini ke semua siswa.”
Rara: “Baik, Pak.” (sambil berjalan membagikan kertas folio. Suasana ruang kelas berubah menjadi gaduh karena setiap siswa mengeluh tentang diadakannya ulangan mendadak ini)
Guru: “Pada ulangan kali ini, Bapak ingin kalian menulis ulang pokok-pokok dan kesimpulan dari karya tulis yang kalian buat.” (kemudian siswa hening dan sibuk mengerjakan ulangan, sedangkan Pak Guru sibuk memeriksa tugas karya tulis yang tadi dikumpulkan. Pak Guru menemukan keanehan pada tugas karya tulis milik Rara dan Rina karena tugas keduanya isinya sama persis.)
(setelah beberapa menit berlalu, beberapa siswa mulai mengumpulkan kertas ujiannya termasuk Rara dan Rina lalu tak lama kemudian bel istirahat terdengar)
Guru: “Karena sudah waktunya istirahat, tolong yang belum mengumpulkan kertas ujiannya sekarang dikumpulkan meskipun belum selesai.” (beberapa siswa yang belum mengumpulkan kertas ujian mulai maju ke depan untuk mengumpulkan)
Guru: “Baiklah yang lain bisa istirahat. Tolong Rara dan Rina tetap di sini, Bapak mau bicara.” (semua siswa keluar ruang kelas kecuali Rara dan Rina)
Rara: “Mohon maaf, ada apa ya, Pak?”
Guru: “Bapak minta kalian berdua jujur kepada Bapak. Kenapa tugas kalian bisa sama persis, bahkan tanda bacanya juga.”
Rara: “Saya mengerjakan karya tulis itu sendiri, Pak.”
Rina: “Saya juga mengerjakan karya tulis saya sendiri, Pak.”
Guru: “Lalu, mengapa isi dari jawaban ulangan kalian tadi tidak sama dengan isi karya tulis kalian?” (lama Rara dan Rina terdiam, takut-takut untuk memulai berbicara)
Guru: “Kalau tidak ada yang mau menjelaskan, Bapak anggap kalian tidak mengerjakan tugas karya tulis dan tidak mengikuti ulangan tadi.”
Rina: “Maaf, Pak. Kalau saya jujur apakah Bapak akan memaafkan saya?”
Guru: “Tentu saja. Bapak menghargai setiap orang yang berani jujur mengakui kesalahannya.”
Rina: “Saya mendapatkan materi untuk tugas karya tulis dari internet, Pak. Saya langsung copy paste dan tidak saya baca lagi. Itulah mengapa ulangan tadi tidak sama dengan isi karya tulis saya.”
Guru: “Baiklah, alasan kamu bisa Bapak terima. Terus kamu Rara?”
Rara: “Maaf Pak. Saya minta tolong Reni mengerjakan tugas karya tulis itu, sepertinya dia mencari sumber dari internet.”
Guru: “Kalau begitu tolong panggilkan Reni.”
Rara: “Baik, Pak.” (Rara pun keluar memanggil Reni)
Reni: “Bapak memanggil saya?”
Guru: “Iya, Bapak ingin bertanya, apa benar Rara minta tolong pada kamu untuk mengerjakan tugasnya?”
Reni: “Iya, maafkan saya, Pak. Rara bilang dia tidak mengerti tugas dari bapak terlebih dia bilang dia tidak bisa mencari tugas tersebut dari internet karena dia tidak punya uang untuk ke warnet.”
Guru: “Baiklah kalau begitu. Tugas karya tulis dan ulangan kalian bapak kembalikan. Kalian harus membuat karya tulis lagi dan dikumpulkan dalam 3 hari.”
Rara dan Rina: “Baik Pak.”
Epilog
Akhirnya Rara dan Rina mengerjakan kembali tugasnya dengan sungguh-sungguh. Mereka lalu mengumpulkan tugasnya sebelum tenggat waktu yang sudah ditentukan.
Editor: Johnny Johan Sompotan