Dapatkah Rasionalitas Berpikir Bertahan di Zaman Artificial Intelligence?
Kedua peristiwa di atas menyedihkan sekaligus membingungkan. Menyedihkan lantaran peristiwa terjadi di lembaga pendidikan, tempat yang diharapkan sebagai persemaian manusia yang berperilaku patut selain tentunya punya akal pikiran yang berisi pengetahuan. Namun disebut membingungkan, akibat khalayak tak jelas harus bersikap apa. Ini tampak dari polarisasi komentar yang tak jelas orientasinya. Muncul pertanyaan, masih dapatkah warga digital di tengah zaman derasnya informasi berpikir rasional?
Pertanyaannya memang ditujukan kepada warga digital. Lantaran, telah dialaminya perubahan cara berpikir yang sangat mendasar. Ini dibandingkan saat warga yang diimbuhi kata digital itu belum terpengaruh oleh logika digital. Apa perubahan cara berpikir yang sangat mendasar itu? Perubahan akibat tergerusnya cara berpikir yang rasional.
Manasi Bandal, 2023, dalam “Rational Thinking: The Key to Making Better Decisions and Solving Problems”, menyebut berpikir rasional merupakan proses penggunaan logika dan akal sehat untuk mengevaluasi informasi dan membuat keputusan. Keputusan dalam bersikap tentunya. Berdasarkan prosesnya, dirangkum sebagai cara berpikir yang sistematis dan objektif, yang didasarkan pada fakta dan bukti, alih-alih bercampur emosi maupun bias.
Di masa sebelumnya, Rohan Parikh, 2021 dalam “Rational Thinking – a Skill for Young Minds”, menyebut hal yang senada. Menurutnya, berpikir rasional adalah sebuah proses yang mengacu pada kemampuan yang didasari nalar. Proses ini mencakup kemampuan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, dari fakta, logika, dan data.
Lalu apa yang menyebabkan tergerusnya rasionalitas yang dikaitkan dengan media sosial? Akibat terbentuknya logika biner merembes dari cara perangkat digital beroperasi dari sistem biner. Sistem yang mendasari komputasi digital, terdiri dari dua nilai, 0 dan 1. Sedangkan relasi di antara keduanya, sebagai pilihan 0 atau 1 yang mutlak. Bukan 0 dan 1, alih-alih antara 0 dan 1. Sistem biner ini menyebabkan perangkat lunak dapat menggerakkan perangkas keras teknologi digital. Kombinasi pilihan binernya menjadi dasar operasinya.
Sementara alam semesta yang penuh nuansa, tak mutlak sebatas dua piilihan itu. Maka ketika hendak direpresentasikan ke dalam teknologi digital, harus diubah menjadi kode biner agar dapat dioperasikan dan memberi respons dalam waktu yang sangat singkat. Dan makin cepat saat didukung riwayat pengambilan keputusan sebelumnya, yang disebut algoritma. Maka dapat disebut: sistem biner, pada berbagai perangkat teknologi di kehidupan sehari-hari, merupakan cara perangkat, menyerap kealmiahan alam semesta, sebagai kode matematis. Karena perangkat operasinya berbasis 2 pilihan di-gital maka teknologinya disebut sebagai teknologi digital.