Detik-detik Erupsi Gunung Semeru Tak Terdeteksi, Pakar ITS Jelasnya Penyebabnya
JAKARTA, iNews.id - Erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu (4/12) lalu berdampak hingga ke beberapa wilayah di sekitarnya. Menanggapi kejadian bencana ini, pakar geologi dari ITS M Haris Miftakhul Fajar mengungkapkan detik-detik erupsi gunung Semeru.
Menurutnya, material yang keluar pada hari gunung Semeru erupsi merupakan akumulasi hasil erupsi di hari-hari sebelumnya. Ia memaparkan, rekaman aktivitas seismik Gunung Semeru saat itu diketahui tidak menunjukkan adanya gempa karena erupsi yang besar.
Tetapi, sistem juga merekam data seismisitas akibat aktivitas guguran yang meningkat tajam dan gempa erupsi intensitas kecil.
Bila merujuk pada data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), sejak November lalu, memang ada peningkatan aktivitas vulkanik, berupa gempa erupsi Gunung Semeru.
“Maka, bersamaan dengan adanya peningkatan aktivitas erupsi, terindikasi pula adanya peningkatan jumlah material vulkanik yang terkumpul di sekitar kawah,” papar Haris melalui siaran pers.
Erupsi gunung Semeru pun menyebabkan puncak semakin tinggi. Hal ini lantaran adanya penumpukan jumlah material di tudung Gunung. Di sisi lain, ketidakstabilan lereng menjadi bertambah pula.
“Apalagi, material erupsi keluaran Gunung Semeru masih berupa material vulkanik yang tidak terkonsolidasi,” terangnya. Karakteristik material itu sangat mudah tergerus dan dapat mengakibatkan terjadinya runtuhan.
Sebaliknya, masyarakat cenderung tidak merasakan getaran gempa erupsi Gunung Semeru saat peristiwa ini terjadi. Namun, getaran itu dapat ditangkap oleh seismograf sebagai seismisitas guguran.
“Saat runtuhan terjadi, sebenarnya juga disertai dengan getaran. Tetapi, magnitudo getarannya kecil, sehingga tidak sampai terasa oleh warga sekitar,” katanya.
Sementara itu, data seismograf juga berhasil mendeteksi adanya seismisitas akibat erupsi pada pukul 14.50 WIB di hari yang sama dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5.160 detik. Dari situ, terindikasi adanya erupsi yang langsung terjadi pasca terjadinya guguran material vulkanik akibat pengurangan tekanan di lapisan bagian atas Gunung Semeru.
“Erupsi ini terjadi pada skala kecil, dengan getaran seismisitas tidak terlalu dirasakan warga,” tegasnya.