Dosen Unpad Prediksi Akhir Perang Rusia-Ukraina, Apa Katanya?
Faktor ekonomi juga memperburuk konflik tersebut. Sebagai negara bekas pecahan Uni Soviet, ekonomi di Ukraina dinilai tidak semaju Rusia yang notabene memegang saham terbesar dari aset Uni Soviet.
Maka dari itu, Ukraina membuka peluang investasi yang besar dari luar agar bisa mengatasi ketertinggalan di bidang ekonomi. “Sedikit demi sedikit kemudian semua ingin seperti Amerika, kemudian masuk juga invasi Eropa Barat ke Ukraina,” ucapnya.
Namun ternyata, rumpun Slavia Timur sulit berbaur dengan rumpun Indo-Jerman Barat. Ada banyak perbedaan yang tampak dari budaya Slavia dengan budaya negara-negara Barat. Sehingga hal ini kemudian menuai kritik keras dari Rusia.
“Jadi konflik ini murni lebih ke politik. Akar masyarakat Rusia dan Ukraina itu sangat kuat, dan mereka sama-sama menganut Ortodoks,” ungkap Alumnus Pushkin State RL Institute Rusia ini.
Menurut Supian, ada kemungkinan konflik Rusia-Ukraina akan berakhir di meja perundingan. Sejarah telah membuktikan bagaimana diplomat Uni Soviet mampu menghindarkan konflik perang nuklir pada 1962.
“Ada satu moto yang dipegang teguh para diplomat Rusia-Ukraina hingga saat ini, yaitu ‘lebih baik 10 tahun berunding daripada 1 hari berperang’. Slogan ini jadi kurikulum wajib calon diplomat,” ujar Supian.
Moto tersebut lahir dari Menteri Luar Negeri Uni Soviet Andrei Gromyko. Ia berhasil menjadi 'pahlawan' yang mampu menghindarkan konflik perang nuklir di Kuba melalui meja perundingan.
Menyelisik profil Andrei, sang pahlawan Uni Soviet, memiliki darah Ukraina. Hal ini terlihat dari nama belakangnya yang merupakan marga Ukraina. Meski berasal dari Ukraina, Andrei kemudian besar di Moskow sampai ia wafat.
Dari sejarah ini Supian menemukan bahwa Rusia dan Ukraina selayaknya saudara kandung yang tidak bisa dipisahkan. Perang Rusia-Ukraina yang terjadi pun akibat politik sehingga bisa selesai di meja perundingan.
“Saya yakin konflik ini akan berakhir di meja perundingan,” tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin