"Efek Kupu-Kupu" Artificial Intelligence pada Nasib Peradaban
Di sisi hadapannya perubahan yang menguntungkan, muncul persoalan yang berkaitan dengan data. Faktor bias misalnya, menjadi hal yang tak terhindarkan. Ini memengaruhi pembentukan algoritma pembangun kecerdasan, yang bisa menyebabkan terjadinya diskriminasi, tindakan tak tepat maupun melesetnya rekomendasi.
Diskriminasi perlakuan berperspektif gender, warna kulit maupun status, dapat terjadi akibat ketaksadaran input data. Data yang terinput: laki-laki terbaca berprofesi di ruang publik: CEO, personal angkatan bersenjata maupun penegak hukum. Ini membiaskan perempuan, yang serta-merta dianggap tak cakap di bidang-bidang itu. Seluruhnya lantaran data perempuan pada bidang profesi ruang publik minim. Sedangkan tindakan tak tepat, dapat terjadi pada pengobatan kanker yang deteksinya menggunakan sensor. Perangkat yang bekerja, berdasar data dari pasien dari Eropa, sementara pasien yang didiagnosis berasal dari Asia. Perbedaan warna kulit, membiaskan tampilan gejala penyakit. Kanker berstadium akhir pasien Asia terbaca sebagai berstadium awal.
Biasnya terjadi, akibat sensor mengolah data tampilan kanker pasien Eropa. Tindakan pengobatannya jadi salah. Dan rekomendasi yang salah, dapat terjadi akibat diberikan oleh kecerdasan yang dibentuk oleh kumpulan data historis Rekomendasi bekerja post factum, tak pernah terbentuk dari data luar sistem. Membeli atau menjual saham misalnya, keputusannya sangat dipengaruhi data terbaru. Ini sumbernya dari luar sistem. Betapa banyaknya pun data yang diinput pada ML, tak bisa memastikan yang masih di luar sistem. Akibatnya, rekomendasi bisa meleset.
Emilio Ferrara, 2025 dalam "The Butterfly Effect in Artificial Intelligence Systems: Implications for AI Bias and Fairness", mengilustrasikan keadaan di atas: efek kupu-kupu melipatgandakan bias dalam data atau algoritma. Seluruhnya meningkatkan kerentanan. Karenanya, menyadari interaksi yang kompleks dalam sistem AI maupun konsekuensi sosialnya, sangat penting untuk secara ketat meneliti setiap modifikasi dalam algoritma. Juga input data terhadap efek yang tidak diinginkan.
Tersirat dari seluruh uraian di atas, efek kupu-kupu AI menimbulkan harapan baru bagi sempurnanya peradaban juga mampu mewujudkan berbagai harapan kehidupan. Namun ketika terselip bias manusia pengembangnya, bias itu berlanjut tanpa disadari. Bukan saja diskriminasi, tindakan tak tepat, maupun melesetnya rekomendasi yang terjadi, kehidupan yang tak pernah terbayangkan yang harus diterima. Lalu apa istimewanya, jika terancam efek kupu-kupu AI: harus menerima kehidupan yang tak terbayangkan sebagai nasib peradaban?
Editor: Maria Christina