Fenomena Kekeringan di Papua Tengah, BNPB: Pengaruh Udara Dingin dari Australia
JAKARTA, iNews.id - Tiga distrik Agandugume, Lambewi, dan Oneri di Papua Tengah kini tengah mengalami kekeringan. Sedikitnya 7.500 orang terdampak krisis pangan akibat kekeringan yang melanda Papua Tengah.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan fenomena kekeringan di Papua harus dilihat dari berbagai latar belakangnya.
“Sebenarnya kalau misalkan kita melihat lebih jauh ke belakang, jadi kita di BNPB ketika kita mau merumuskan penanganan bencana ke depan yang cukup signifikan kita lihat dulu ke belakang karena history kejadian bencana itu biasanya bisa mengajari kita beberapa hal,” kata Aam sapaan akrab Abdul Muhari dalam keterangannya, dikutip Selasa (8/8/2023).
Aam pun mengatakan kekeringan di Papua Tengah terkait cuaca ekstrem bukan kemarau akibat tidak turun hujan. Pasalnya hujan kerap turun pada pagi hingga sore.
Dia menjelaskan bahwa cuaca ekstrem di Papua Tengah dipengaruhi adanya udara dingin dari Australia.
“Yang menjadi masalah pada periode Juli sampai Agustus ini itu di Australia itu kan Winter. Nah ini ada pengaruh udara dingin ini sampai ke sana," katanya.
Selain itu, kata Aam, wilayah Papua merupakan dataran tinggi sehingga udara dingin di malam hari akan membawa kabut es. Akibatnya merusak tumbuhan khususnya umbi-umbian yang menjadi sumber makanan utama masyarakat Papua.
“Jadi ketika di daerah dataran tinggi Papua itu udaranya sangat dingin pagi-pagi atau malam itu ada kabut sangat dingin kabut es dan biasanya di tanah itu seperti yang terjadi di Dieng itu ada butiran es, ada kabut upas jadi ada butiran es, nah ini yang kemudian membuat tumbuhan (rusak),” kata Aam.
Editor: Faieq Hidayat