Gagas Pendidikan Ulama Perempuan, Imam Masjid Istiqlal: Yang Pertama di Indonesia
Nasaruddin mengatakan salah satu agenda dalam program tersebut yakni tafsir Alquran dan Hadist dengan perspektif perempuan. Dia menegaskan ini termasuk hal baru karena selama ini tafsir Alquran kebanyakan disusun oleh laki-laki.
“Sehingga demikian nanti tafsir yang dikarang atau disusun oleh siapapun itu ada perspektif khusus tentang perempuan. Selama ini kan yang menyusun tafsir, menulis tafsir, menjelaskan tentang Alquran para laki-laki. Apa jadinya Alquran itu, jika par mufasiroh adalah perempuan. Nah, kita perlu ini karena sebagai khalifah di muka bumi ini kita perlu mencontoh Tuhan. Allah mengelola bumi ini lebih menonjol sebagai “the mother of God daripada the father of God”. Kita jangan sampai menjadi khalifah di muka bumi ini over maskulin dalam mengelola alam raya ini. akibatnya apa? Gempa bumi, banjir, longsor, dan sebagainya karena kita maskulin,” kata Nasaruddin.
Nasaruddin pun menceritakan latar belakang program ini. Dia menjelaskan nama-nama Allah 80 persen merupakan nama feminin.
“Nah Alquran itu harus dibaca sesuai dengan asmaul husna. Nama-nama Allah itu 80 persen itu nama-nama feminin. Hanya 20 persen nama maskulin. Itupun yang terkumpul di halaman Alquran, Ar-Rahim itu maha penyayang terulang 114 kali, Ar-Rahmah, 57 kali. Bahkan ada hadist Nabi, kalau quran itu dipadatkan, Alquran itu ayatnya 6.666 ayat sama tingginya dengan menara Istiqlal, 6.666 inci, sentimeter itu, nah itu kalau dipadatkan surat Al-Fatihah 7 ayat. Kalau dipadatkan lagi itu, surat Al-Fatihal ayat pertamanya bismillahirrohmanirrohim, dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang,” ucap Nasaruddin.
Editor: Rizal Bomantama