Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kepala BRIN: Pesawat N219 Siap Diproduksi Lebih Banyak Lagi
Advertisement . Scroll to see content

Hari Pahlawan dan Babak Baru Pesawat N219

Kamis, 09 November 2017 - 22:51:00 WIB
Hari Pahlawan dan Babak Baru Pesawat N219
Infografis pesawat N219 produksi PT DI dan Lapan. Presiden Jokowi direncanakan memberi nama pesawat bermesin ganda ini bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2017, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. (Foto:Masyhudi/Koran Sindo)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2017 akan menuliskan sejarah baru bagi Pesawat N219.  Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan memberi nama burung besi buatan dalam negeri tersebut di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Rabu, 8 November lalu,  pesawat multifungsi bermesin ganda itu telah menginjak aspal landas pacu Lanud Halim. Penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, menuju Jakarta menjadi yang pertama setelah serangkaian uji coba terbang sebelumnya. Dari hanggar TNI AU, pesawat akan keluar dan mengikuti seremoni pemberian nama bertepatan dengan momen sakral, Hari Pahlawan.

Lazim bagi Kepala Negara memberikan titel bagi mahakarya anak bangsa. Presiden ke-2 RI Soeharto adalah figur yang menyematkan nama  Gatotkaca untuk pesawat N250, produksi monumental IPTN (sebelum kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia) yang diperkenalkan pertama kali pada 1989 dan terbang perdana 1995.


Sejarah N219 sesungguhnya telah tertulis ketika purwarupa pesawat buatan PT DI dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sukses mengudara  pada  16 Agustus 2017.  Uji terbang perdana di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, dengan dipiloti Kapten Esther Gayatri Saleh dan co-pilot Kapten Adi Budi Atmoko. Uji terbang yang dimulai pukul 09.10 WIB dan berlangsung selama 30 menit itu berlangsung sukses.

Dikembangkan pertama kali pada 2006, pesawat N219 digadang-gadang menjadi tonggak baru industri dirgantara nasional. PT DI meyakini N219 tidak akan berhenti sebatas purwarupa seperti dialami N250 yang hanya terbang sekali pada 10 Agustus 1995 akibat terdampak krisis ekonomi 1997. PT DI mematok pada 2019 nanti N219 dapat diproduksi massal dan dipasarkan secara global.

Optimisme PT DI ini didasarkan pada berbagai keunggulan yang ditawarkan pesawat berpenumpang 19 orang tersebut dibanding pesawat pesaing dan potensi pasar yang besar, termasuk dari dalam negeri.

“Tidak banyak negara yang mampu membuat pesawat kecil, ekonomis, dengan kemampuan tangguh seperti N219.  Kami berharap, pesawat ini bisa dijual secara ekonomis dan bersaing secara harga,” ujar Direktur Utama PT DI Budi Santoso beberapa waktu lalu di Bandung.


Beberapa keunggulan yang dimiliki N219 antara lain menggunakan common technology dan mudah ditemui di pasaran sehingga harga pesawat bisa lebih murah dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah.
Selain itu N219 memiliki kabin terluas di kelasnya, serbaguna untuk berbagai macam kebutuhan seperti mengangkut penumpang, barang, evakuasi medis, hingga untuk keperluan militer.

Tenaga N219 didapat dari dua mesin propeler Pratt & Whitney Canada PT6A-42 turboprops yang masing-masing menghasilkan tenaga 850 shp (shaft horsepower). Dengan tenaga itu, N219 bisa tinggal landas pada jalur sepanjang 600 m dan mendarat pada jalur kurang dari 800 m. Spesifikasi ini sangat cocok untuk Indonesia, negara dengan banyak wilayah terpencil yang sulit dijangkau.

Berdasarkan estimasi PT DI, kebutuhan dalam negeri pesawat N219 sekitar 50-100. Selain untuk kebutuhan domestik, pesawat kecil dengan kapasitas 19 penumpang ini diperkirakan akan banyak diminati sejumlah negara, terutama kawasan Asia Tenggara.


Data dari berbagai sumber menyebutkan, kebutuhan pasar domestik dan internasional pada pesawat berbadan kecil seperti N219 diperkirakan mencapai 800 unit hingga 2020. Pada awal rencana pembuatan N219, PT DI berharap mampu menyasar pangsa pasar sekitar 200 unit dari total pasar.

Pakar teknik dirgantara dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (ITB), Hisar M Pasaribu melihat optimisme N-219 akan mampu bersaing di pasar tak berlebihan. Pesaing N219, yakni NC212 atau Aviocar yang juga diproduksi PT DI dan Twin Otter, sudah dianggap pesawat tua.

Dia mengatakan, potensi besar N219 justru dari pasar domestik. Sebab kebutuhan dalam negeri untuk pasar pesawat kecil seperti N219 sangat menjanjikan. “Pesawat ini sangat dibutuhkan terutama untuk menjangkau daerah-daerah dengan medan sulit seperti Papua, Kalimantan.

Tak dimungkiri, dengan spesifikasi yang dimilikinya pesawat ini dianggap mampu menjawab kebutuhan dalam negeri karena pesawat ini mumpuni bermanuver di medan sulit, celah pegunungan sempit, dan landasan pendek. Selain itu pesawat ini mengusung teknologi mutakhir.

Staf ahli Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono mengungkapkan,  butuh dukungan semua pihak agar pesawat N219 benar-benar terwujud. Tidak hanya dalam arti fisik, tetapi juga terserap pasar.

PERJALANAN PANJANG N219

2006
PT DI dan Lapan mengembangkan N219, pesawat turboprop (baling-baling) bermesin ganda. Pesawat sekelas Twin Otter ini didesain dapat menjadi pesawat penumpang (komersial) maupun militer  (angkut pasien, kargo, atau pengintai).

2012
Purwarupa pesawat N219 mulai dibuat.  Purwarupa ini diperlukan untuk uji terbang dan uji kekuatan struktur pesawat.

10 Desember 2015
Purwarupa pesawat N219 diperlihatkan ke publik untuk pertama kalinya (roll out) di hanggar, Jalan Pajajaran, Kota Bandung.

16 Agustus 2017
Uji terbang perdana di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, dengan dipiloti Kapten Esther Gayatri Saleh dan co-pilot Kapten Adi Budi Atmoko. Uji terbang yang dimulai pukul 09.10 WIB itu berlangsung sukses.

23 Agustus 2017
Uji terbang kedua di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. Uji terbang ini juga berlangsung sukses.

10 November 2017
Presiden Jokowi memberikan nama untuk pesawat produksi dalam negeri ini.

HARGA (estimasi)
USD6 juta

KELEBIHAN
- Dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter
- Dapat lepas landas dan mendarat di landasan tak beraspal
- Dapat dioperasikan di daerah terpencil
- Kabin terluas di kelasnya
- Biaya operasional yang kompetitif.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut