Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : ICW: RUU Perampasan Aset Bisa Tingkatkan Pemulihan Kerugian Negara akibat Korupsi
Advertisement . Scroll to see content

ICW: Pilkada Lewat DPRD Bukan Solusi untuk Kurangi Korupsi

Jumat, 20 April 2018 - 23:35:00 WIB
ICW: Pilkada Lewat DPRD Bukan Solusi untuk Kurangi Korupsi
Politik uang (ilustrasi). (Foto: Okezone)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Peneliti dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Almas Sjafrina berpendapat, mengembalikan pemilihan kepala daerah (pilkada) kepada mekanisme tak langsung melalui DPRD tidak menjadi jaminan bakal mengeliminasi masalah utama dalam pemilu, yakni korupsi.

“Jadi, tindakan itu tidak menjawab masalah. Pemilihan langsung memang memakan biaya yang tinggi, tapi bukan berarti kita harus kembali ke pilkada oleh DPRD,” ujar Almas di kampus Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat (20/4/2018).

Menurut dia, ketika kepala daerah ditentukan oleh DPRD, penyelewengan tetap saja bisa dilakukan. Sistem demokrasi seperti itu hanya akan memberi kesempatan bagi aktor lain untuk terlibat dalam tindak pidana korupsi.

“Saat pemilihan langsung yang korupsi calonnya. (Tapi) kalau yang dipilih DPRD, apakah ada yang bisa menjamin kandidat tidak bisa menyuap anggota DPRD yang akan memilihnya?,” kata Almas.

Karena itu, dia lebih menyarankan kepada pemerintah dan para anggota legislatif agar membuat aturan tentang penghilangan serta sanksi terkait mahar politik dalam pelaksanaan pilkada. “Yang penting itu sistem politik diatur agar berjalan tanpa mahar ataupun politik uang. Itu yang menjadi akar masalah dan harus dibenahi,” ucapnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono, mengakui pelaksanaan pilkada melalui pemilihan langsung memerlukan modal yang besar, khususnya untuk publikasi calon kepala daerah dan selama masa kampanye. Menurut dia, dalam pemilu, partai akan lebih bertindak kepada pengumpulan suara. Sementara, untuk publikasi dan kampanye biasanya dibebankan kepada kandidat.

“Jadi, hal biasa jika partai bertanya dulu soal keadaan finansial kandidat yang mau maju,” tutur dia.

Sementara itu, Ketua Departemen Politik DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pipin Sopian mengungkapkan, dana yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk partai politik tidak cukup untuk menutupi segala kegiatan partai. “Pengeluaran bulanan kita (PKS) mencapai Rp900 juta. Ini sisanya dari mana? Simpanan anggota yang kemudian dimanfaatkan,” ungkap Pipin.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut