Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Sejarah Revolusi Industri 1.0 sampai 4.0, Akankah AI Jadi Ancaman bagi Manusia di Masa Depan?
Advertisement . Scroll to see content

Jurnalisme Data Dapat Menjawab Kritik dan Tangkal Rumor

Selasa, 08 Mei 2018 - 13:20:00 WIB
Jurnalisme Data Dapat Menjawab Kritik dan Tangkal Rumor
Forum Learning from The Experts: Are We Ready for Data Driven Journalism? di Universitas Atmajaya, Jakarta, Senin (7/5/2018). (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Memasuki era Revolusi Industri 4.0, kemampuan pengolahan data menjadi hal penting yang harus dikembangkan bersama. Pengelolaan data yang kurang terukur kerap menyebabkan miskoordinasi, termasuk juga antarinstansi pemerintah dalam melaksanakan program-program pembangunan.

Pesan tersebut disampaikan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho dalam forum Learning from The Experts: Are We Ready for Data Driven Journalism? di Universitas Atmajaya, Jakarta, Senin (7/5/2018). Yanuar menekankan, di era sekarang ini, pengumpulan data tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi seluruh lapisan masyarakat.

“Di sinilah, solusi digital dari publik dapat menjadi bagian pemecahan masalah pada pembangunan berkelanjutan,” kata Yanuar dengan mencontohkan penggunaan web dan aplikasi gawai (gadget) untuk menyediakan informasi teknologi pada rantai suplai komoditas.

Akademisi dari Institute of Innovation Research, Manchester Business School, ini, kemudian memaparkan tantangan revolusi digital di Indonesia. Tantangan tersebut antara lain bagaimana menyinkronkan antara kebutuhan konsumsi teknologi informasi dan penyediaan kapasitas produksinya.

Dia mencontohkan, saat ini ketergantungan masyarakat pada platform digital semakin tinggi, sementara di sisi lain Indonesia berada pada kondisi darurat tenaga programmer. “Dari seluruh sarjana kita, hanya ada 2,4 persen yang lulusan bidang sains komputer dan angka itu terus turun,” kata Yanuar.

Untuk itu, kata dia, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah dalam merespons Revolusi Industri 4.0, di antaranya dengan mereformasi sistem pendidikan, dan meningkatkan peluang wirausaha. "Selain itu menggunakan jaringan untuk meningkatkan investasi serta menciptakan insentif pajak yang fair,” ujarnya.

Hadir dalam diskusi ini jurnalis data The Age Australia Craig Butt, CEO Katadata Metta Dharmasaputra, dan dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Andina Dwifatma. Terkait tren jurnalisme data, Metta menekankan, saat ini jurnalisme memasuki masa beyond journalism. “Di era digital, data dan informasi ibarat air bah. Karena itu, cara tepat diseminasi data menjadi penting,” kata Metta.

Dia menjelaskan pentingnya konten berbasis data dan fakta. Dengan memaparkan data, konten berita atau tulisan berusaha menjelaskan fakta dan tidak terjebak pada keriuhan pernyataan.

“Konten yang kredibel berdasarkan pada data dan fakta diperlukan untuk mengungkap kebenaran, melawan fitnah dan hoaks, memperkuat kredibilitas informasi, serta terhindar dari politisasi isu,” kata dia.

Sementara itu, Andhina Dwifatma menegaskan, jurnalisme data adalah kemampuan story telling dari tersedianya data yang cukup banyak. Hal serupa disampaikan Craig Butt yang menggarisbawahi berkembangnya jurnalisme data akhir-akhir ini.

“Jurnalisme data penting untuk menangkal rumor dan sindiran-sindiran. Dengan menerapkan jurnalisme data, dapat tersampaikan gambaran besar dari sebuah cerita, kisah dalam konteks lokal, serta cerita-cerita humanis personal dalam waktu yang sama,” katanya.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut