Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Penyebab Campak Bisa Mematikan, Dokter: Tidak Vaksin MR
Advertisement . Scroll to see content

Kasus Covid-19 di Indonesia Hampir 100.000, Eijkman Percepat Riset Vaksin

Senin, 27 Juli 2020 - 01:13:00 WIB
Kasus Covid-19 di Indonesia Hampir 100.000, Eijkman Percepat Riset Vaksin
Ilustrasi vaksin Covid-19 (foto: ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia terus meningkat setiap harinya, bahkan kini mendekati 100.000. Situasi ini mendorong Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mempercepat riset terkait vaksin virus tersebut.

Berdasarkan data per hari Minggu (26/7/2020), kasus Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 98.778 dan jumlah kematian menyentuh angka 4.781. Secara kumulatif jumlah infeksi di Indonesia melewati China yang sempat jadi epicentrum Covid-19 pada Desember 2019.

Vaksin diharapkan menjadi jalan terakhir mengatasi penyebaran Covid-19. Akan tetapi, sampai memasuki bulan keenam sejak virus tersebut dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO belum ada tanda-tanda vaksin tersedia dalam waktu dekat.

Urgensi inilah yang mendorong Lembaga Eijkman mempercepat riset vaksin sebelum diproduksi massal oleh Bio Farma. Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, mengatakan sampai saat ini persiapan vaksin Covid-19 baru sampai 30 persen.

"30 persen itu adalah kalau kita bikin rumah, kita bikin pondasinya dulu bagian terpenting. Biasanya setelah pondasi selesai ke depan akan lebih cepat," kata Prof Amin kepada wartawan, Minggu (26/7).

Prof Amin optimistis institusinya bisa memenuhi tenggat waktu yang diberikan untuk merampungkan riset vaksin Covid-19 maksimal sampai Maret 2021.

"Insya Allah bisa lebih cepat. Tapi ya tidak lebih cepat 6 bulan juga, agak sulit. Tapi kami berupaya proses yang bisa diperpendek akan kami lakukan. Tapi terkait dengan tumbuhnya sel dan virus tak bisa dipercepat," ujarnya.

Lembaga Eijkman saat ini tengah melakukan riset pengembangan vaksin yang berbeda dengan vaksin yang dikembangkan oleh Bio Farma dan perusahaan asal China, Sinovac Biotech Ltd.

Amin menjelaskan vaksin yang dikembangkan Eijkman tidak menggunakan virus utuh, tetapi hanya menyasar dua jenis protein yakni Protein S dan N. Nantinya, dua protein inilah yang akan diisolasi dalam tahap uji coba.

"Bedanya adalah di platform. Vaksin Sinovac menggunakan virus utuh, mereka mengkultur virusnya, kemudian setelah diperoleh virus dalam jumlah besar kemudian virusnya dimatikan dengan bahan kimia. Kemudian ya setelah dibersihkan, langsung bisa dipakai. Ya makanya prosesnya lebih cepat," ucapnya.

Eijkman merupakan salah satu institusi yang ditunjuk Presiden Jokowi untuk memimpin riset terkait vaksin Covid-19. Selepas riset rampung, produksi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma.

Editor: Arif Budiwinarto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut