Kemenkes Sebut Virus Korona Semakin Jinak
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut gejala virus korona saat ini lebih jinak dibanding saat pertama muncul di China. Salah satu indikasinya adalah jumlah pasien sembuh di negeri tirai bambu tersebut.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Achmad Yurianto menjelaskan hingga saat ini ada lebih dari 80.000 kasus positif virus korona di China. Dari jumlah itu sekitar 55.000 orang berhasil sembuh.
"Kasus semakin lama semakin sedikit, rumah sakit daruratnya juga sudah dibongkar," kata Yuri di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Yuri menjelaskan sebagian besar pasien yang berhasil sembuh berada di rentang usia 35 sampai 40 tahun alias kelompok muda. Sementara yang meninggal banyak yang berusia antara 65-75 tahun.
Dia menyebut masyarakat lanjut usia tersebut menjadi kelompok paling rentan karena memiliki penyakit kronis yang mempengaruhi daya tahan tubuh seperti penyakit jantung, diabetes, gagal ginjal, dan paru-paru. Sebanyak 70 persen kelompok lanjut usia yang meninggal akibat korona diketahui mengidap penyakit-penyakit tersebut.
Artinya menjaga daya tahan tubuh menjadi faktor utama untuk mencegah penyakit tersebut. Selain itu Yuri menduga penyebaran gejala virus korona makin jinak dengan indikasi semakin sulitnya pendeteksian di pintu-pintu masuk.
"Ada yang positif tapi gejalaya ringan seperti batuk tidak kelihatan, panas tidak tinggi. Bahkan dalam beberapa kasus dilaporkan tidak bergejala yang mengindikasikan virus tidak sempat beranak pinak sehingga tidak memicu demam atau batuk. Hal itu bisa berarti daya tahan tubuh pasien bagus atau virus korona melemah," katanya.
Yuri menegaskan negara tetap meningkatkan kewaspadaannya untuk mencegah penyebaran virus ini meluas di dalam negeri. Meski sekitar 20 negara telah mengumumkan kasus pertama korona dalam beberapa hari belakangan.
"Oleh sebab itu thermal scan sekarang tidak terlalu akurat untuk menjaring pasien positif korona. Kemenkes juga merekomendasikan perpanjangan observasi menjadi dua kali 14 hari seperti yang diterapkan pada kru kapal World Dream dan Diamond Princess," ujar Yuri.
Editor: Rizal Bomantama