Kisah Brigjen TNI Iwan Setiawan, Jenderal Bintang Satu Penakluk Puncak Everest
“Bayangkan, bagaimana bisa enggak orang hidup di ketinggian 8.500 (mdpl) dengan suhu minus 50. Saya kehabisan oksigen, tanpa matras, tanpa sleeping bag, antara hidup dan tidak,” tuturnya.
Sekali lagi, kekuatan doa yang akhirnya menjadi penyelamat. Iwan mengaku berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan keselamatan, dapat menyelesaikan tugas dan kembali ke Tanah Air untuk bertemu keluarga.
Pada saat-saat terberat itu, dia pun terbayang istrinya yang sedang hamil. Bayangan sang istri, juga tugas sebagai prajurit TNI mengobarkan terus semangatnya untuk berdiri dan melangkahkan kaki, melewati batu terjal berselimut es di bawah terpaan angin dingin yang membekukan.
Perjuangan berbulan-bulan sejak masa persiapan di Indonesia hingga di Kathmandu, Nepal akhirnya terbayar lunas. Iwan bersama Musirin dan Asmujiono menorehkan sejarah orang Indonesia pertama mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia.
Ekspedisi ini disebut pula sebagai orang Asia Tenggara pertama yang berhasil menapakkan kaki di puncak Himalaya itu.
“Itu sangat-sangat mengharukan, dan saya sangat-sangat, betul-betul…,” tutur Iwan tercekat. Sesaat dia menerawang.
“Saya betul-betul bersyukur. Bisa selamat di sana dan bisa kembali,” ujar mantan Danpusdijkpassus Kopassus ini.
“Begitu kembali saya dijemput 20 jenderal waktu itu. Kita dipanggil presiden, mendapatkan penghargaan, diberi bintang. Saya disuruh sujud ke Tanah Suci. Saya bersyukur di situ bisa berhasil mengharumkan nama Indonesia dan bisa selamat kembali ke Indonesia dan bertemu istri,” ujarnya.
Pengalaman mencium puncak Everest itu tak akan pernah dilupakan Iwan. Rekam jejak itu akan selalu melekat dalam ingatannya, juga mengalir dalam darah dagingnya.
Atas kesuksesan dalam ekspedisi bersejarah ini, dia menamai putranya dengan nama gunung yang menjadi magnet bagi pendaki di seluruh dunia itu.
“Anak saya langsung diberi nama Arya Everest Setiawan,” ucapnya.
Editor: Zen Teguh