Kisah Jenderal M Jusuf Pernah Gebrak Meja Presiden Soeharto
JAKARTA, iNews.id - Selain menjadi mantan Panglima ABRI, Jenderal M Jusuf juga pernah ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Menteri Perindustrian hingga Menteri Perdagangan. Popularitas Jusuf sebagai orang nomor satu di ABRI juga melesat cepat begitu ditunjuk menjadi Panglima.
Jusuf dianggap bisa menerjemahkan tugas yang diberikan langsung Soeharto yakni manunggal dengan rakyat. Tak hanya itu, mantan ajudan Kahar Muzakkar itu juga dikenal sangat dekat dengan prajurit.
Popularitas itu ternyata membawa konsekuensi. Karena terlalu sukses, jaringan intelijen Soeharto yang dimotori Letjen Leonardus Benyamin Moerdani atau Benny Moerdani memasok informasi ke Istana. Jusuf dinilai memiliki ‘ambisi politik’.
Muncullah informasi intelijen yang menyebut niat Jusuf menggalang kekuatan internal untuk menjadi presiden. Ini terbaca dari seringnya dia mengunjungi barak-barak prajurit, serta perhatiannya yang besar terhadap kesejahteraan dan perlengkapan pasukan.
“Diduga, Jenderal Jusuf sedang melakukan penggalangan kekuatan—persis yang dilakukan Jenderal Sumitro sebelum peristiwa Malari meletus. Bedanya, Sumitro berorasi di kampus-kampus,” kata A Pambudi dalam buku Sintong & Prabowo: Dari Kudeta LB Moerdani’ sampai Kudeta Prabowo.
Kasak-kusuk makin kencang. Jusuf bahkan dirumorkan memberikan kenaikan pangkat langsung di lapangan untuk prajurit berprestasi demi mengerek popularitasnya. Soeharto tak diam mendengar isu tersebut.
Menurut Atmadji Sumarkidjo dalam buku Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit, pada suatu malam Soeharto mengumpulkan sejumlah pejabat tinggi di Jalan Cendana, kediamannya. Pertemuan ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah kenegaraan.
Mereka yang dipanggil menghadap antara lain Mensesneg Soedharmono, Sekkab Moerdiono, Asintel Hankam Letjen Benny Moerdani, Mendagri Amirmachmud dan juga Jusuf. Dalam pertemuan itu Amirmachmud membuka suara tentang adanya suara-suara mengenai kopopuleran Jusuf. Diungkit pula tentang isu ambisi politiknya.
Tiba-tiba Jenderal Jusuf menggebrak meja dengan tangannya. “Bohong! Itu tidak benar semua!” kata dia dengan suara keras.
“Saya ini diminta untuk jadi Menhankam/Pangab karena perintah Bapak Presiden. Saya ini orang Bugis. Jadi saya sendiri tidak tahu arti kemanunggalan yang Bahasa Jawa itu. Tapi saya laksanakan perintah itu sebaik-baiknya tanpa tujuan apa-apa!" ujar Jusuf.