Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : TNI AD Tertarik Beli Drone Turki, Ini Alasannya
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Jenderal TNI Djatikusumo, Anak Raja yang Disebut Mirip Khalid bin Walid

Rabu, 25 September 2024 - 06:03:00 WIB
Kisah Jenderal TNI Djatikusumo, Anak Raja yang Disebut Mirip Khalid bin Walid
Berikut kisah Jenderal TNI Djatikusumo, KSAD pertama anak Raja Surakarta yang disebut mirip Khalid bin Walid dan Thariq bin Ziyad. (Foto: Disjarahad)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kisah Jenderal TNI Djatikusumo dibahas dalam artikel ini. Dia merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pertama yang menjabat selama periode 1948-1949.

Pria bernama lengkap Goesti Pangeran Harjo (GPH) Djatikusumo itu merupakan putra Raja Surakarta, Sri Susuhan Paku Buwono X dan RA Kinorukasi. Ayahnya memerintah pada 29 Desember 1866 sampai 20 Februari 1936.

Berdasarkan informasi Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarhad), Djatikusumo memiliki nama kecil Bendoro Raden Mas Subandono. Semasa kecil, dia diharuskan tinggal bersama keluarga Belanda untuk mengenal perilaku dan pemikiran orang-orang Belanda yang merupakan musuh bangsa Indonesia.

Seperti anak lainnya, Djatikusumo juga bersekolah di Sekolah Dasar atau ELS (Euro Peesche Lagere School) di Bandung dan melanjutkan kembali di Technische Hoge School (THS) Nederland.

Sang ayah meninggal saat Djatikusumo duduk di tingkat tiga pada 20 Februari 1939. Bersamaan dengan itu, Perang Dunia (PD) II meletus, sehingga Djatikusumo kembali ke Indonesia karena putus sekolah.

Djatikusumo lalu melanjutkan pendidikan di THS Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung atau ITB). Hanay saja, Perang Dunia II yang juga berdampak ke Indonesia memaksa Djatikusumo kembali putus sekolah dan hanya bisa mengikuti pendidikan tingkat empat.

Jejak Karier Djatikusumo di Dalam dan Luar Militer

Kendati demikian, pria kelahiran 1 Juli 1917 ini tidak putus asa. Nasib itu membuatnya mengenal dunia militer dengan memasuki Corps Opleding Reserve Offcieren (CORO) sekolah perwira bentukan Belanda.

Putra kedua dari lima bersaudara ini lalu bergabung dengan tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA) angkatan pertama di Bogor usai Belanda ditaklukkan Jepang pada 8 Maret 1942. Djatikusumo kemudian ditempatkan sebagai Komandan Kompi I Batalyon I Surakarta.

Djatikusumo lalu diangkat menjadi Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Solo dengan pangkat mayor. Seiring berjalannya waktu, dia terlibat dalam berbagai pertempuran di Semarang dan melucuti senjata Jepang.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut