Kisah Manusia Gerobak, Tak Punya Pilihan Jalani Hidup Keras di Perkotaan
Ulik tak punya angan-angan ingin beralih profesi. Meski di hati kecilnya ada keinginan pulang kampung dan melihat anak-anaknya yang lain di sana.
"Nggak ada harapan. Namanya sudah tua. Pengennya jalan-jalan ke Banten, ingin pulang. Anak saya ada kan di sana," katanya.

Senada dengan Ulik, Icem (43) juga tak punya pilihan mencari nafkah selain menjadi manusia gerobak. Perempuan asal Karawang, Jawa Barat itu menuturkan profesi memulung dijalani saat dirinya diajak merantau ke Jakarta saat umur 17 tahun.
Dia merasa nyaman setelah menjalani profesi itu selama bertahun-tahun. Bahkan, dirinya tak terbesit untuk beralih profesi.
"Pernah saya kerja cuci pakaian dari pagi-sore dikasih Rp20.000. Saya kaki nggak kuat, turun-naik tangga. Lama-lama saya nggak mau ah kalau dibayar berapa, mending saya nyari barang," kata Icem saat berbincang di pinggir Jalan Cinere Raya, Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/11/2022).
Icem rutin memunguti barang rongsokan di sepanjang jalan Cinere Raya, Depok, Jawa Barat. Dalam seminggu, dia bisa mengumpulkan uang sebesar Rp200.000.
"Seminggu bisa dapat Rp200.000, kalau ada barangnya kardus, besi, beling," ucap Icem.
Editor: Reza Fajri