Kisah Ratu Zaleha, Cucu Pangeran Antasari Lolos dari Hujan Peluru Belanda
Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad juga memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar. Keduanya juga memberi penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam, dan ilmu pengetahuan.
Ratu Zaleha sangat murka ketika suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap lalu diasingkan ke Buitenzorg atau Bogor pada 1 Agustus 1904.
Zaleha tidak patah arang. Bersama pengikutnya, dia membangun pertahanan di Benteng Manawing dan Tambang Batu Bara Oranje Nassau untuk mengadang gempuran pasukan Belanda yang memiliki persenjataan lengkap.
Meski menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda, Ratu Zaleha menolak menyerah. Dia terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu Zaleha disebut pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di Barito.
Anggraini Antemas dalam artikelnya di Harian Utama edisi 26 September 1970 yang berjudul "Mengenang Kembali Perjuangan Pahlawan Puteri Kalimantan Gusti Zaleha" menyebutkan, dalam suatu medan perang di lembah Barito, Ratu Zaleha terkepung pasukan Belanda.
Hutan di sekitarnya dibakar oleh pasukan Belanda hingga menjadi lautan api. Di bawah desingan peluru dan kepungan api yang membakar, Ratu Zaleha keluar mempertahankan hidupnya yang terakhir.