Kisah Skandal Petinggi Polisi di Masa Hindia Belanda, Bikin Heboh Tanah Kolonial
Tercatat dalam Rapport nopens de werking van de organisatie der politie op de groote hoofdeplaatsen van Java (Laporan kinerja lembaga kepolisian di kota-kota besar di Jawa) 9 Maret 1925, para petinggi polisi itu memiliki mobil-mobil mewah, kuda-kuda pacu, serta terbiasa berfoya-foya memberi hadiah perhiasan emas kepada istri dan anak-anak perempuan mereka.
“Setelah Van Rossen, Misset dan De Waard ditahan, sepanjang 1924 masih banyak anggota kepolisian lain yang diperkarakan,” kata Marieke Bloembergen.
Komisaris Besar polisi Batavia Van Rossen dituntut 6 tahun penjara pada 8 Februari 1924. Koresponden koran Den Haag di Hindia, Het Vaderland, menyebut kuatnya sistem saling melindungi dalam kepolisian umum di gewest Batavia sebagai penyebab utama praktik ini.
Het Vaderland melakukan investigasi lanjutan dan menjadikannya sebagai laporan berita panjang pada September 1923. Para petinggi kepolisian Van Rossen, De Waard dan Misset disebut semuanya berasal dari korps inspektur polisi Den Haag. Bahkan Misset sebelumnya pernah ditegur karena masalah nepotisme.
Kuatnya sistem saling melindungi itu mengakibatkan terjadinya penyelewengan di tubuh kepolisian Batavia. Di antaranya suap yang berasal dari pusat perjudian dan pelacuran, serta pendapatan ilegal dari distribusi beras yang berlangsung marak. Termasuk juga pengeloaan keuangan yang kacau serta salah kelola dalam penerimaan dan penempatan anggota polisi di lapangan.
Skandal kepolisian yang terbongkar di Batavia membuat citra kepolisian kolonial modern menjadi sorotan. Menyikapi hal itu Pemerintah Hindia Belanda langsung mengambil tindakan keras dengan melakukan bersih-bersih di tubuh kepolisian.
Editor: Reza Fajri