Kisah Anak dan Istri Ikut Longmarch Pasukan Siliwangi ke Jawa Barat, Tempuh Jalur Tak Masuk Akal
JAKARTA, iNews.id - Perjalanan panjang (longmarch) pasukan Siliwangi dari Jawa Barat ke Yogyakarta dan sebaliknya pada masa Agresi Militer Belanda menjadi kisah yang kerap ditulis di buku-buku pelajaran sejarah. Operatie Kraai (Operasi Gagak) Belanda yang berhasil menduduki Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia saat itu, memaksa pasukan Siliwangi kembali ke kampung halaman untuk melakukan perlawanan total.
Hal itu sesuai perintah Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam Perintah Siasat No 1 pada Mei 1948. Mereka langsung melakukan longmarch sejauh kira-kira 600 km tanpa sempat beristirahat usai memadamkan pemberontakan PKI di Madiun.
Jika sebelumnya mereka hijrah ke Yogyakarta dalam pengawalan Belanda, pasukan Siliwangi kini harus kembali ke Jawa Barat secara senyap. Mereka melakukannya di tengah ancaman serangan Belanda yang bisa terjadi kapan saja.
Himawan Soetanto dalam buku "Long March Siliwangi) menyebut tentara Siliwangi harus berkorban harta, benda hingga darah dan nyawa untuk kembali ke Jawa Barat. Kolonel TB Simatupang mengisahkan betapa ngerinya perjalanan ratusan km yang harus dilalui pasukan Siliwangi.
Dia diketahui tak sengaja mengikuti Long March Siliwangi bersama Batalyon Daeng di bawah pimpinan Letnan Kolonel Daan Yahya. Simatupang yang baru lolos dari penangkapan Belanda di Yogyakarta mengatakan longmarch pasukan Siliwangi ini melalui jalur yang tidak masuk akal dan tak jarang menelan korban jiwa.
"Batalyon-batalyon pada awal tahun 1948 dihijrahkan dari Jawa Barat, banyak keluarga yang menyusul dan mencari suami-suaminya di daerah hijrah di Jawa tengah. Setelah pasukan SIliwangi harus kembali ke Jawa Barat, tidak ada jalan lain, mereka ikut kembali," tulis Himawan Soetanto.