Kisah Anak dan Istri Ikut Longmarch Pasukan Siliwangi ke Jawa Barat, Tempuh Jalur Tak Masuk Akal
Anak dan istri pasukan Siliwangi mau tak mau ikut berjalan kaki menuju kantong gerilya. Mereka harus melewati jalur yang gelap gulita, menyeberangi sungai deras, mendaki bukit lisin dan curam serta menghadapi ancaman hewan liar dan buas.
Sepanjang 600 km itu mereka harus berjalan kaki di tengah kelaparan dan penyakit. Belum lagi ancaman serangan dari Belanda maupun pasukan DI/TII. Tak jarang anak dan perempuan ikut tewas oleh bom pesawat Belanda.
Mereka juga harus ikut menyeberang sungai berarus deras menggunakan untaian sarung-sarung yang diberikan pimpinan markas besar tentara. Tragis, beberapa anak dan perempuan hilang serta hanyut terseret derasnya aliran sungai.
Bahkan di antara perempuan-perempuan itu ada yang melakukan longmarch dalam kondisi hamil. Beberapa di antaranya ada yang melahirkan di tengah perkampungan yang mereka lewati dan menyerahkan sang bayi kepada penduduk setempat. Perjalanan itu harus mereka lewati dalam waktu 40 hari menyusuri ratusan km.
Editor: Rizal Bomantama