Kivlan Zen Debat Panas dengan Saurip Kadi soal Dalang Kerusuhan 1998
Kivlan menyebut, pada Mei 1998 saat terjadi demonstrasi besar dan berujung pada tertembaknya mahasiswa Universitas Trisakti, dirinya menyiapkan pasukan untuk masuk ke Jakarta atas perintah Wiranto.
Pada 13 Mei 1998 pukul 18.00 WIB berlangsung rapat antara Pangkostrad, Pangdam Jaya, Dankormar, dan Danpaskhas. Sebagai perwira di Kostrad, dirinya menyiapkan pasukan kostrad mulai dari seluruh Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, termasuk Makassar untuk didatangkan ke Jakarta.
Tapi pada 14 Mei dirinya mendapat perintah agar tidak mengerahkan pasukan Jakarta.
”Lah gimana? Sudah perintah Wiranto kok tiba-tiba diubah. Ada apa? Jadi dalam keadaan kacau Jakarta, tidak boleh masukkan untuk pasukan mengamankan Jakarta yang diserahkan kepada Pangdam. Jadi kalau Saurip tadi ngomong itu adalah opini, itu dia enggak tau, itu dia baru kolonel waktu itu kok. Belum tau apa-apa,” katanya, emosional.
Merespon penjelasan itu, Saurip seolah tidak terima. Dia mengingatkan, perubahan keputusan di lapangan merupakan hak Panglima TNI. Saurip mengaku tahu persis keadaan itu karena dirinya sehari-hari di samping Wiranto.
”Jabatan apa Bang Kivlan saat itu, terlalu jauh Bang. Gua nih walaupun kolonel, di samping Pak Wiranto. Jadi bukan masalah pangkatnya Bang. Jangan terus-teruskan lah bicara yang kayak gitu. Itu kan kayak anak kecil,”ungkapnya.
Menurut Saurip, bahwa di tengah jalan ada perubahan rencana itu menunjukkan fungsi Wiranto sebagai Panglima TNI. ”Itu lah hak nya Pak Wiranto. Loh kok dipersoalkan yang kayak begitu, ampun dong. Apa segitu toh mutu mayor jenderal? Mohon maaf ini,”katanya, balik mengkritik.
Kivlan mereaksi keras ucapan itu. Dia kembali menyebut Saurip tak tahu apa-apa soal kerusuhan 98. “Udahlah Saurip, enggak usah ngomong Saurip. Kamu tuh masih kolonel enggak tau dulu persoalan di atas itu,” ujarnya.
Mendengar itu Saurip giliran memotong cepat. ”Tuh lihat tuh, pantes tidak orang tua manggil saya, ‘’kamu, kamu, kamu’, itulah Kivlan Zen. Saya kok sedih ya bang,”katanya.
Editor: Zen Teguh