Konflik PBNU Memanas, Rais Syuriah Ungkap Penyebab Perseteruan Ketum dan Sekjen
BANGKALAN, iNews.id – Salah satu Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Imam Buchori mengungkap konflik dan perseteruan serius antara Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Syaifullah Yusuf (Gus Yusuf). Perselisihan internal ini diakui menjadi pemicu awal kekisruhan yang kini melanda tubuh organisasi NU.
Hal tersebut diungkapkan KH Imam Buchori saat ditemui di kediamannya, di Pondok Pesantren Ibnu Kholil Bangkalan.
Menurut Kiai Imam, hal ini menyebabkan ketidakharmonisan dalam kepengurusan, yang seringkali berujung pada terbengkalainya kebijakan hingga proses administrasi organisasi.
"Ada ketidak harmonisan antara ketum dan sekjen PBNU. Kekisruhan internal organisasi ini mencapai puncaknya saat PBNU mengundang Peter Berkowitz, seorang narasumber yang berafiliasi Zionis, untuk mengisi Sekolah Pengkaderan Nahdlatul Ulama, yakni Akademi Kepemimpinan Nasional,” katanya, Senin (24/11/2025).
Blunder tersebut langsung direspons keras oleh Kepengurusan Syuriah PBNU di bawah kepemimpinan Rais Aam KH Miftahul Achyar, sebelum akhirnya menjadi sorotan publik nasional.
“Ketum Tanfidziah sudah diperingatkan terkait narasumber Peter Berkowits. Itu melanggar dan merusak marwah NU," katanya.
Insiden ini terus bergulir kencang di internal PBNU, hingga akhirnya berujung pada keluarnya Risalah Rapat Harian yang mendesak mundurnya Ketum Tanfidziyah Yahya Tsaquf.
Terkait wacana pemilihan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum, KH Imam Buchori menjelaskan bahwa hal tersebut baru akan dilakukan setelah digelar Rapat Pleno PBNU. Rapat pleno ini harus dihadiri oleh Kepengurusan Syuriah dan Tanfidziyah, serta para pengurus Badan Otonom Nahdlatul Ulama lainnya.
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menolak untuk mundur dari jabatan Ketua Umum PBNU. Pasalnya, ia mengaku mendapat amanat untuk memimpin selama lima tahun. Pernyataan itu ia sampaikan menyusul adanya Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU yang memintanya untuk mundur.
“Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur, karena saya mendapatkan amanat dari muktamar itu lima tahun,” ujar Gus Yahya kepada wartawan, Minggu (23/11/2025).