Korban Jiwa akibat Tsunami Selat Sunda Bertambah Jadi 62 Orang
Sebelumnya dalam keterangan tertulis di laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan telah merekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale 58 milimeter (mm) dan letusan Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12/2018), pukul 21.03 WIB. Namun, lembaga itu masih mendalami penyebab pasti tsunami yang terjadi di Selat Sunda.
Aktivitas terkini Gunung Anak Krakatau yang teramati pada 22 Desember 2018 yakni letusan dengan tinggi asap berkisar antara 300 sampai dengan 1500 meter di atas puncak kawah.
PVMBG dalam rilisnya tersebut menyebut bahwa dari rekaman getaran tremor tertinggi yang selama ini terjadi sejak Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami. Material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunungapi masih bersifat lepas dan sudah turun saat letusan ketika itu.
Sehingga untuk menimbulkan tsunami sebesar itu perlu ada runtuhan yang cukup masive (besar) yang masuk ke dalam kolom air laut. Dan untuk merontokan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut diperlukan energi yang cukup besar, ini tidak terdeksi oleh seismograph di pos pengamatan gunungapi. Karena itu, masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunungapi dengan tsunami.
Editor: Ahmad Islamy Jamil