Kowani Sindir Puisi Sukmawati, Wanita Bukan Cuma Urusan Konde
JAKARTA, iNews.id - Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ikut bereaksi atas puisi Sukmawati Soekarnoputri yang menimbulkan kegaduhan. Berbicara soal perempuan tidak selalu dilihat dari sudut pandang saja, namun harus menyeluruh.
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto mengatakan, Kowani mendapatkan mandat sebagai Ibu Bangsa yang merupakan hasil keputusan Kongres Perempuan ke II tahun 1935. Maka, perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa yang berarti berusaha membina pertumbuhan generasi penerus yang lebih sadar akan kebangsaannya.
"Bicara mengenai perempuan tidak hanya bicara mengenai sanggul dan kecantikan. Perempuan cantik, tidak hanya cantik penampilan, tapi juga cantik batin seperti hati, kecerdasan, wawasan, akhlak dan sebagainya," ujar Giwo di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Dia mengingatkan, semua pihak harus saling menghargai dan menghormati atas keberagaman di Indonesia. Menurutnya, aturan hukum di Tanah Air melarang semua orang untuk berbicara yang menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dirinya prihatin isu SARA belakangan ini menjadi komoditas dan selalu saja diproduksi meskipun rambu regulasi sudah banyak diterbitkan di Indonesia. "Kami prihatin, karena justru isu SARA tidak pernah mati. Ada saja yang menggunakan isu itu sebagai cara untuk meraih tujuan. Entah tujuan politik atau ekonomi," ucapnya.
Dia menambahkan, tugas sebagai Ibu Bangsa sangat mulia, karena harus mempersiapkan sebuah generasi yang sehat jasmani dan rohani. Selain itu harus jujur, rajin, berkarakter, cakap, pintar, berpengetahuan, tahan uji, kreatif, inovatif, unggul dan berdaya saing, berwawasan luas serta memiliki wawasan kebangsaan yang militan tidak mudah menyerah.
"Wanita Indonesia wajib menjadi ibu bangsa , jadi bukan untuk urusan konde dan sebagainya, tetapi tugas sebagai Ibu Bangsa adalah sangat berat,vital dan penting," katanya.
Sukmawati dalam puisinya membandingkan antara cadar dengan sari konde. Menurutnya, sari konde lebih indah dibanding cadar.
Sukmawati melalui puisinya juga membandingkan antara suara azan dengan suara kidung ibu Indonesia. Menurutnya, suara kidung ibu Indonesia lebih elok dan merdu ketimbang suara azan.
Editor: Kurnia Illahi