Menakar Peluang Indonesia Menuju Swasembada Pangan
Dwi pun menyarankan kepada pemerintah untuk menggunakan istilah swasembada komoditas untuk mencapai target produksi berbagai bahan pangan di dalam negeri. Dia mencontohkan swasembada beras, yang akan dicapai Indonesia pada tahun ini.
"Misalnya tahun ini kita swasembada beras karena produksi beras kita melebihi dari yang kita konsumsi. Apakah baru tahun ini? Enggak sama sekali karena justru pada masa Menteri Syahrul Yasin Limpo kita swasembada beras 4 tahun berturut turut, 2019, 2020, 2021, 2022," katanya.
"Kenapa kita sekarang swasembada? Karena iklim yang sangat menguntungkan. Jadi, tahun 2025 adalah iklim kemarau basah, La Nina. Hujan terus menerus sehingga luas panen bisa dipicu," ujarnya.
Tidak hanya beras, Dwi juga menyampaikan terdapat sejumlah komoditas yang berpeluang mencapai swasembada, yakni jagung. Menurutnya, komoditas tersebut akan memberikan pengaruh terhadap sejumlah komoditas lainnya untuk dipenuhi di dalam negeri.
"Misalnya jagung, sekarang sedang diupayakan. walaupun sudah barang tentu itu berdampak terhadap harga pakan ternak," ujarnya.
Dengan terjangkaunya harga pakan ternak, hal tersebut akan berdampak pada harga telur dan daging ayam. Pasalnya, jagung sebagai salah satu komponen penting di pakan ayam dan telah dipenuhi di dalam negeri
"Jadi di situ, karena apa? karena jagung sebagai salah satu komponen penting pakan ayam, dulu kan kita impor cukup besar hingga 3,5 juta ton, kemudian dipangkas impornya sehingga harga pakan jagung di Indonesia lebih tinggi dibanding harga jagung internasional sehingga otomatis itu akan menyumbang harga pakan, harga pakan menyumbang terhadap harga daging dan telur ayam," tuturnya.
Editor: Aditya Pratama