Mengenal Bamboo Dome, Tempat Makan Pimpinan G20 yang Ikut Dirancang Pakar UGM
JAKARTA, iNews.id - Bamboo Dome menjadi perhatian banyak orang saat momen KTT G20 di Bali pada 15-16 November kemarin. Bagaimana tidak, tempat ini sebagai tempat makan siang para pemimpin dari berbagai negara.
Tak cuma itu, banyak orang yang terpukau akan keindahannya. Ternyata, tempat ini turut didesain oleh salah satu pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada (UGM. Bagaimana kisahnya? Simak di sini.
Bamboo Dome merupakan karya kerja sama Visual Creative Consultant KTT G20 Elwin Mok, Desainer Bamboo Dome Rubi Roesli dan Pakar Bambu UGM Ashar Saputra. Menariknya, mereka hanya diberi waktu selama 3 minggu untuk membuat tempat ini.
"Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome. Ini menuntut kerja sama yang intens antara arsitek, perajin bambu dan saya untuk memastikan keamanannya. Sehingga harus dikawal dengan cukup ketat karena pekerjaannya cukup banyak dan harus zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan,” ujar dia dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (19/11/2022).
Adapun, Ashar membeberkan alasannya menggunakan bambu adalah mencari sesuatu yang unik. Sebab, bambu dapat dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur dan elastis. Apalagi, bambu dikenal kuat dan tahan terhadap gempa.
“Idenya dari para desainer itu adalah dimana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali,” kata dia.
Bambu yang digunakan untuk Bamboo Dome G20 adalah bambu apus. Adapun, penyangganya memakai bambu petung yang berasal dari Tabanan, Bali. Walaupun terlihat mudah, Ashar mengaku pembuatan tempat ini memiliki tantangan tersendiri.
"Berbeda dengan bangunan yang dibuat dari beton atau baja, membangun bambu memiliki ketidaktentuannya yang cukup tinggi, baik dari dimensi, kematangan, maupun kinerja sambungannya," tutur Ashar.
Ketahanan Bamboo Dome teruji langsung H-1 pengecekan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat itu, lokasi tengah diterjang hujan lebat dan angin kencang selama 2 jam. Namun, seluruh bangunan tetap stabil dan kokoh.
“Di titik ini saya menjadi yakin dengan keamanan struktur bangunan Bamboo Dome yang hampir 100 persen pengerjaannya, ketika saya tidak dapat menguji secara langsung tetapi bangunan langsung diuji oleh alam,” ujarnya.
Melalui momen G20, Ashar berharap bambu bisa lebih banyak dimanfaatkan dan diperkenalkan kepada masyarakat. Ia pun merasa sangat beruntung bisa ikut dalam pengerjaan Bamboo Dome G20.
"Saya merasa bersyukur, beruntung, dan bangga dapat menjadi bagian dari kerja besar ini dan berharap dapat menyampaikan kepada masyarakat global bahwa di saat dunia cenderung memilih hal-hal yang artifisial tetapi kita masih punya yang masih orisinal,” tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin