Mengenal Grace Kurniadi, Psikolog Tuli Pertama di Indonesia
“Kendala yang saya alami dengan adanya ketulian dalam proses belajar, yaitu sulitnya menangkap gerakan bibir jika orang yang berbicara membelakangi saya, senang berjalan-jalan, berbicara terlalu cepat atau berkumur-kumur gerakan bibirnya, ataupun artikulasinya tidak jelas. Hal lainnya, saya kurang bisa menanggapi dengan cepat jika masuk ke dalam kelompok lebih dari empat orang,” katanya.
Namun demikian, Grace selalu berusaha mengatasinya melalui komunikasi yang baik dengan dosen, khususnya terkait perkuliahan yang dia ambil seperti berkomunikasi untuk menjelaskan kondisinya, serta meminta dosen tersebut untuk berbicara lebih perlahan agar mudah dipahami. Grace bahkan merekam proses perkuliahan agar bisa diputar ulang kembali di rumah untuk memastikan tidak ada pelajaran yang terlewat.
Menurutnya, dalam menghadapi tantangan yang ada selama berkuliah, diperlukan perubahan cara berpikir, memiliki sikap terbuka dan kemauan untuk menerima keadaan. Selain itu, peran dan dukungan keluarga serta teman-teman sangat membantunya selama ini.
Tak hanya itu, lanjut Grace, profesionalitas dosen pun turut mendukung dalam penyelesaian studinya.
“Untuk bisa melewati kesulitan-kesulitan tersebut, saya perlu mengubah pola pikir di dalam diri menjadi lebih positif, keterbukaan diri untuk meminta bantuan dan kemauan untuk menerima apapun keadaan diri sendiri. Berkat bantuan teman-teman selama proses perkuliahan tersebut yang mendukung dan mau membantu saya juga menjadi penyemangat untuk terus berjalan menyelesaikan yang sudah dimulai,” kata Grace.