Merengkuh Kemuliaan Ramadan dan Menjemput Kemenangan
Nafsu terus mendorong manusia pada salah satu dari dua kecenderungan yang dimiliki manusia, yaitu kecenderungan berbuat buruk dan kecenderungan berbuat baik. Allah SWT berfirman, "Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan). Maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannnya." (QS Asysams, 91:7-8)
Dengan mengekang nafsu terhadap kecenderungan berbuat kejahatan, dengan sendirinya kita akan terbiasa pada kecenderungan yang kedua, yaitu ketaqwaan yang meliputi pebuatan baik dalam hati, tindakan, dan percakapan.
Bulan Ramadan adalah momentum terbaik untuk mengekang nafsu buruk tersebut. Karena itulah Ramadan disebut sebagai madrasah atau pelatihan selama sebulan penuh. Ramadan juga disebut sebagai bulan pembakaran yaitu membakar segala tabiat dan kebiasaan buruk menuju penyucian diri.
Ibarat sebuah besi yang bengkok, dia lebih gampang dan hanya bisa diluruskan jika dibakar atau dipanaskan. Dengan pembakaran itulah seorang muslim lebih mudah meluruskan jiwanya kepada yang baik atau dalam mencapai kecenderungannya yang baik.
Dalam buku berjudul Tabarruk, Anwauhu wa Ahkamuhu karya Dr Nashir bin Abdurrahman, Ramadan disebutkan sebagai bulan pembakaran dosa-dosa. Ramadan berasal dari akar kata ar-ramadha' yang berarti sangat panas.