Musim Kemarau 2025 Datang Lebih Lambat, Ini Penjelasan BMKG
"Fenomena ini merupakan ciri khas masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau," tulis keterangan BMKG, Sabtu (17/5/2025).
Menurut BMKG, kondisi atmosfer yang labil pada masa transisi ini berpotensi memicu terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang dapat menyebabkan cuaca ekstrem seperti hujan deras, petir, angin kencang, bahkan hujan es.
Dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas sangat deras tercatat di beberapa wilayah, seperti pada 9 Mei 2025 di Kab. Jembrana, Bali (121,4 mm/hari), 10 Mei di Kota Tangerang Selatan, Banten (103,0 mm/hari), 11 Mei di Kab. Sleman, DIY (115,3 mm/hari), 12 Mei di Kab. Merauke, Papua Selatan (118,0 mm/hari), dan 14 Mei di Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (105,7 mm/hari).
Dengan keadaan dinamika atmosfer yang fluktuatif dan dapat berubah secara tiba-tiba pada periode ini, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem.
Editor: Reza Fajri