Pakar Unair Ungkap Aktivitas Otak Jelang Kematian, Seperti Apa?
JAKARTA, iNews.id - Pakar dari Universitas Airlangga (Unair) mengungkapkan aktivitas otak saat menjelang kematian. Seperti apa? Ini penjelasannya.
Spesialis neurologi Fakultas Kedokteran (FK) Unair dr Kurnia Kusumastuti, SpS(K) mengatakan menjelang kematian seseorang akan melewati tahap-tahap penurunan kesadaran. Alhasil, pasien tidak akan bisa mengingat memori selama hidupnya yang baik dan buruk.
Penemuan tersebut dilakukan pada seorang pasien yang mati mendadak, di mana kesadarannya menurun secara drastis. Penemuan tersebut juga merespons hasil penelitian dari University of Tartu Estonia oleh Dr Raul Vicente dan tim.
Diketahui, dr Raul Vicente dan tim merekam aktivitas otak manusia sesaat menjelang kematian menggunakan alat continuous electroencephalography (EEG) pada pasien berusia 87 tahun yang menderita epilepsi. Hasilnya, tidak ada tahap-tahap menjelang kematian.
“Saat direkam menggunakan EEG, pasien yang menderita epilepsi terkena serangan jantung dan tidak ada darah yang mengalir ke otak. Sehingga tidak ada step-step jelang kematiannya,” kata dr Kurnia dikutip dari laman Unair, Jumat (1/4/2022).
EEG adalah alat pendeteksi aktivitas gelombang listrik pada otak melalui graph atau gambar. Sehingga bisa melihat ada atau tidaknya gangguan pada fungsi otak.
Jelang kematian, kata dia, gelombang frekuensi listrik pada otak akan melambat. Normalnya, gelombang otak sebanyak 9-10 gelombang per detik, sedangkan pada orang yang kesadarannya menurun jelang kematian hanya 2-3 gelombang dalam 1 detik.
Aktivitas listrik pada otak normal diukur dalam satuan microvolt, yaitu 70-100 microvolt. Namun jelang kematian amplitudo otak semakin rendah, yaitu kurang dari 2 microvolt.
“Hasil pengamatan EEG otak manusia yang normal dengan yang terkena penyakit epilepsi menunjukkan pola gelombang yang sama, yaitu lebih dari 2 microvolt dan kurang dari 10 microvolt. Namun terlihat perbedaan pola gelombang pada 1-2 jam menjelang kematian,” ucap dia.
Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran gelombang yang lambat, amplitudo yang terus menerus rendah, dan aktivitas ritmis yang berulang-ulang dalam periode waktu yang sama pada pengidap epilepsi. Sedangkan, pada otak orang sehat yang akan meninggal dengan tidak adanya aktivitas ritmis, dan amplitudonya yang berangsur angsur rendah.
Selain menggunakan alat EEG, aktivitas otak manusia menjelang kematian juga dapat diketahui melalui pola napas dan ukuran pupil mata. Sebab, hal tersebut berkaitan dengan otak.
“Pola napas dikendalikan oleh otak, pola tersebut dapat diketahui jelang kematian jika terjadi apnea, yaitu napas yang berhenti. Pupil mata dalam keadaan normal akan membesar saat diberi sinar, kemudian mengecil. Apabila pupil tidak mengecil artinya fungsi saraf otaknya sudah terganggu,” tutup dr Kurnia.
Editor: Puti Aini Yasmin