Pengamat Duga Ada Transaksi Gelap di Proyek Whoosh, Begini Analisisnya
 
                 
                 
                                        Dia juga menyoroti buku yang dikerluarkan PT KAI. Dia mengatakan buku itu secara detail menjelaskan alasan Indonesia setuju menggandeng China untuk menggarap proyek Whoosh.
Ubed menjelaskan, salah satu syaratnya yakni tidak ada jaminan dari pemerintah dan APBN. Namun, kata dia, skema itu tiba-tiba berubah.
"Itu tertulis di buku itu, jadi clear ini aturan resmi bahwa tidak ada intervensi negara di dalam mengeluarkan untuk membangun kereta cepat itu, tiba-tiba berubah. Nah perubahan ini membuat tanda tanya," kata dia.
Sedangkan indikator kedua, lanjut Ubed, yakni semula proyek itu akan digarap bersama Jepang. Bahkan, Jepang telah melakukan studi kelayakan dengan menawarkan bunga sebesar 0,1 persen.
Namun di tengah jalan, lanjutnya, pemerintah menggandeng China dengan bunga 2 persen yang meningkat menjadi 3,4 persen.
"Kedua, perubahan ketika di awal Jepang mengeluarkan uang untuk studi kelayakan pada waktu itu, bahkan dengan bunga 0,1 persen, dengan China 2 persen lalu berubah menjadi 3,4 persen, luar biasa itu ya," tutur dia.