Pengamat UI: Premanisme Marak Setelah Orde Baru Runtuh
JAKARTA, iNews.id – Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, menilai munculnya aksi premanisme di Tanah Air akhir-akhir ini sebagai “buah” dari kebebasan yang dirasakan masyarakat selepas runtuhnya orde baru. Keran kebebasan yang terbuka begitu luas pascareformasi menjadi kesempatan bagi kelompok-kelompok preman untuk menunjukkan eksistensinya.
“Ini dikarenakan runtuhnya orde baru. Karena selepas orde baru, masa reformasi menjadi masa bulan madu bagi semua organisasi. Sementara, di masa kepemimpinan orde baru, (penguasa) tidak memberikan kesempatan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang,” ujar Devie ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (23/11/2018).
Selanjutnya, pada era setelah reformasi, kekerasan antarwarga kerap terjadi karena para elite pada masa kini sibuk dengan kepentingan politik masing-masing. Akibatnya, kata dia, tidak ada lagi yang “berkuasa” atau memiliki legitimasi untuk mencegah kekerasan.
“Justru penguasa itu sebenarnya yang mencegah premanisme atau kekerasan berbasis masyarakat lainnya,” ucap Devie.
Dia menjelaskan, selepas masa orde baru, sebenarnya bukan hanya aksi premanisme yang muncul. Aksi perebutan lahan yang disertai dengan kekerasan juga menjadi salah satu cara masyarakat untuk bertahan hidup dan mencari keadilan, di saat para elite sibuk dengan kepentingan sendiri.
Banyaknya kasus pemekaran setelah reformasi, memicu konflik horizontal antarmasyarakat karena persoalan lahan. Ironisnya, hal seperti itu menjadi semacam tren yang mengikuti garis perubahan politik di Indonesia.
Devie berharap, aparat hukum harus lebih kokoh menegakkan aturan main untuk mencegah timbulnya aksi premanisme yang membuat masyarakat berpikir dua hingga tiga kali sebelum mengambil langkah-langkah ekstrayudisial.
Editor: Ahmad Islamy Jamil