Polemik Stafsus Jokowi, Eks Pimpinan KPK Usul Deklarasi Tolak Konflik Kepentingan
"Tapi selama saya di KPK sebenarnya perilaku orang tua atau orang muda sama saja juga. Contohnya Pak Setya Novanto ya memang sudah berkarir sejak Orde Baru tapi ada (mantan) Gubernur Jambi, Zumi Zola, atau dari daerah saya, Waode Nurhayati. Memang misalnya mereka mengatakan niat baik saya mau membantu kampung tertentu tapi saya dahulukan kampung saya dibanding yang sebelah," kata Syarif.
Namun dia pun menghargai pengunduran diri Belva dan Andi Taufan.
"Contohnya Andi Taufan menyurati camat agar kalau bisa dibantu, ini adalah konflik kepentingan. Saya hargai pengundurkan diri mereka termasuk Belva. Tapi jangan-jangan anak-anak muda sudah teracuni kepalanya dengan konflik kepentingan, ternyata milenial dan 'kolonial' sama saja sifatnya kalau sudah uang, lupa semuanya," kata Syarif.
Sedangkan peneliti ICW, Kurnia Ramadhana, mengatakan, meski kedua staf khusus presiden mundur, dia berharap Jokowi juga meminta maaf karena salah memilih staf khusus.
"Harusnya yang dilakukan presiden meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena perilaku dua staf khusus ini," kata Ramadhania yang juga berusia muda alias milenial.
Dia pun mengutip TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa yang masih berlaku.