Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ketum Joman Andi Azwan Periksa Keaslian Ijazah Jokowi Pakai Aplikasi, Apa Hasilnya?  
Advertisement . Scroll to see content

Reshuffle Menteri Jokowi Dinilai Momentum yang Tepat untuk Rombak Kabinet

Kamis, 24 Desember 2020 - 05:58:00 WIB
Reshuffle Menteri Jokowi Dinilai Momentum yang Tepat untuk Rombak Kabinet
Presiden Jokowi memperkenalkan enam menteri baru di Istana Kepresidenan. (Foto: Setpres)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan mengganti enam menteri dan lima wakil menteri dinilai sebagai momentum yang tepat. Presiden sebelumnya juga telah memberi sinyal dalam rapat kabinet tentang kurang optimalnya kinerja beberapa menteri.

"Kan Presiden sudah marah sejak Juli, Agustus, dibuka ke publik, bagaimana penanganan anggaran, misalnya," ujar Ketua PDIP, Andreas Pareira dalam diskusi daring yang digelar Beranda Ruang Diskusi di Jakarta, Rabu (23/12/2020).

Menurut Andreas, sosok pengganti menteri yang dipilih Jokowi dianggap orang-orang yang tepat. Seperti Risma yang sudah teruji dalam menangani manajemen wilayah termasuk bantuan sosial di Surabaya.

Begitu juga Sandiaga Uno yang selama ini dikenal sebagai pengusaha yang perhatian pada industri kreatif dan ekonomi kecil dan menengah, serta Sakti Wahyu Trenggono yang selama ini dikenal sebagai pengusaha-politikus, dan terakhir membantu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Sementara itu Ketua Partai Nasdem Saan Mustopa menyatakan bahwa menteri agama yang baru, dalam posisinya sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor dianggap sosok yang pas dalam menjawab tantangan Jokowi menghadapi intoleransi. "Ini bisa jadi solusi buat Pak Jokowi dalam mengatasi intoleransi," katanya. 

Sejalan dengan Andreas, Saan juga menilai Sandiaga sebagai sosok yang tepat mengatasi persoalan pariwisata dan ekonomi kreatif  di masa pandemi.  Sementara soal Tri Rismaharini yang minta waktu merampungkan jabatannya sebagai Wali Kota Surabaya, menurutnya hal tersebut tak masalah bila terjadi rangkap jabatan.

"Bu Risma kan habis di Februari. Saya optimis dengan cara kerjanya, dia bisa selesaikan persoalan di Kementerian Sosial, meski rangkap jabatan,” kata Saan.

Saan juga menyoroti Muhammad Luthfi yang menjadi Menteri Perdagangan. Menurut Saan, sektor perdagangan ini tantangan berat buat Indonesia di masa setelah pandemi. “Jadi jangan sampai setelah pandemi kita belum siap untuk melakukan pertumbuhan,” ujar Saan.

Pandangan lain juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia. Dia menyoroti Yaqut Choil Choumas yang dianggap tepat karena merepresentasikan Nahdlatul Ulama. “Pak Jokowi menjawab Nahdliyin. Menteri Agama dari NU,” katanya. 

Kemudian tentang Budi Gunadi Sadikin, menurutnya meski dianggap kurang pas sebagai Menteri Kesehatan namun mampu memberikan warna sendiri dalam penanganan pandemi. “Saat ini fase kedua dalam penanganan pandemi. Bila di fase pertama upayanya supaya tidak terular dan merawat. Sekarang fasenya adalah vaksinasi,” katanya.

Saat ini, kata Doli, tantangan vaksinasi tak bisa diatasi dalam setahun dua tahun. Untuk itu Budi Gunadi yang sebelumnya Wakil Menteri BUMN dan juga Wakil Ketua Percepatan Ekonomi dalam Penanganan Pandemi Covid-19 dianggap orang yang tepat. 

"Sehingga momentum untuk reshuffle ini tepat. Ada pandemi 10 bulan sudah kita jalani, ada fase vaksinasi, dan ada menteri yang mesti diisi," katanya.

Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) Eko Galgendu juga menilai sosok yang menjadi menteri saat ini orang-orang yang tepat. Namun sejumlah orang yang dipilih mesti menunjukkan ide revolusioner, supaya yang dilakukan merupakan terobosan untuk meningkatkan optimistis masyarakat terhadap Indonesia.

"Inilah gaya, memang karakter dan cara berpikir pak Jokowi. Beliau sebagai presiden kalau saya amati khususnya kelebihan beliau di dalam visi mengenai ekonomi negara ini," tutur Eko.

Eko mengibaratkan pemikiran Jokowi sebagai pembalap Formula 1 dengan kecepatan yang tinggi. Untuk bisa mengendarai dengan baik, maka pengendara itu tidak boleh terganggu karena harus konsentrasi. 

Sebab kecepatan yang tinggi itu perlu memiliki tim yang benar-benar akurat, cermat dan tepat. Sama halnya dengan menjalanlan pemerintahan harus tanggap menghadapi segala persoalan.

"Sekali kemudian salah satu timnya tak siap dalam memahami. Maka yang terjadi melenceng dari arah dan bisa membawa jatuh," tuturnya 

Di sisi lain, masyarakat membutuhkan pemimin berpikiran visioner di dalam memahami perubahan yang ada. Permasalahan bukan hanya di dalam negeri saja, melainkan harus mampu memahami membaca perubahan lain. 

"Sekarang ini perubahan terjadi bukan hanya permasalahan pandemi, tapi sudah lama terjadi perubahan pemikiran politik, secara ekonomi sosial, budaya dan agama. Semuanya dipicu kesombongan dan lupa diri manusia," kritiknya, melihat situasi saat ini. 

Editor: Reza Yunanto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut