Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kemenag Rumuskan 5 Rekomendasi Pencegahan Konflik Berdimensi Agama, Apa Saja?
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

Menurut mereka, beda sekali dengan tradisi sains dan filsafat. Mereka merasa jujur dan rendah hati dalam mencari dan membangun kebenaran. Ketika pemikiran merasa mentok, tidak sampai, mereka berhenti.

Bahkan mengundang kritik dan sumbangan pemikiran baru agar jalan kebenaran semakin luas terbuka. Namun, lagi-lagi kata mereka, sikap rendah hati dan kepolosan saintis akan dianggap sebagai serangan terhadap pemikiran agama ketika diterapkan untuk mengkritisi bangunan pemikiran agama.

Para teolog justru yang menunjukkan sikap sombong. Antikritik. Meskipun tidak rasional, keyakinan sakral itu jangan diganggu oleh penalaran sains. Percaya adalah inti keberagamaan.

Jadi, baik saintis maupun teolog kadang memandang yang lain angkuh, sombong, tidak rendah hati menerima pemikiran yang berbeda. Berikut ini kutipan komentar Stephen Fry, sebagai pendukung “Four Horsemen”: ...empowering humanism and secularization for a new generation, and giving voice to the always lurking and now growing suspicion that the worst aspects of religion, from faith-healing fakery to murderous martyrdom, could not be separated from the essential of religion itself. (The Four Horsmen, Bantam Press, 2019).

Kiprah mereka itu telah memberikan amunisi pada paham humanisme dan sekularisasi bagi generasi baru, dan mengungkap kecurigaan pada agama yang tadinya masih diam-diam, sekarang muncul ke permukaan mengenai sisi buruk agama. Sejak dari penyembuhan palsu melalui jalan iman sampai tindakan bunuh diri atas nama agama, kesemuanya tidak bisa dilepaskan dari ajaran dan keyakinan agama.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut