Sains Versus Agama
Sesungguhnya dua arus pemikiran yang percaya Tuhan dan mengingkari Tuhan bukanlah hal yang baru, dan akan selalu ada. Hanya, argumennya semakin berkembang. Di antara mereka yang percaya dan tidak percaya, terdapat gradasi. Ada yang bersikap “anti-tuhan”, “tidak bertuhan”, “tidak mau peduli tentang tuhan”, “percaya pada tuhan”, “taat pada perintah tuhan”. Ketaatan ini pun masih bisa dibedakan lagi gradasinya.
Perbedaan pemikiran sains dan agama yang sangat menonjol adalah: sains sangat memuja kreativitas dan inovasi berdasarkan penelitian dan uji coba yang bisa diukur, transparan, dalam hal proses dan hasilnya. Oleh karena itu, saintis cenderung bersikap terbuka terhadap kritik.
Capaian sains bersifat “open ended". Ini berbeda dari agama yang selalu melihat rujukan ke belakang yang dianggap autentik, dan jangan sampai dirusak autentisitasnya itu.
Inti ajaran agama bersifat doktrinal untuk dipercayai. Silakan membangun argumentasi dan rasionalisasi, untuk memperkuat iman yang ujungnya “closed ended”.
Dalam konteks ini, saintis menganggap pemikiran teologis itu tidak rasional namun sombong. Sebaliknya, teolog memandang saintis itu sombong, tidak mau menghargai pintu dan ruang untuk beriman pada realitas metafisik.*
*Artikel ini telah tayang di Koran SINDO.
Editor: Zen Teguh