Sejarah Malam 1 Suro Tahun Baru Jawa dan Tradisi yang Dilakukan Masyarakat
Dari kalender baru yang digunakan, 1 Suro adalah hari pertama. Sedangkan di kalender Hijriah, hari tersebut bertepatan dengan tanggal 1 bulan Muharram.
Nama Suro digunakan sebagai nama bulan Muharram karena mengacu pada penamaan hari kesepuluh atau hari Asyura dalam bulan tersebut. Hari yang istimewa bagi umat Islam itu juga menjelma menjadi bulan yang kerap dinantikan oleh masyarakat Jawa.
Beragam tradisi dilakukan masyarakat Jawa saat malam 1 Suro. Masyarakat di Surakarta merayakan malam 1 Suro dengan membawa kebo bule atau kerbau putih yang diarak dalam kirab.
Sementara malam 1 Suro di Yogyakarta dirayakan melalui arak-arakan kirab dengan membawa benda-benda pusaka atau Grebeg Suro. Raja beserta keluarga dan pengikutnya akan mengeluarkan sejumlah pusaka kerajaan pada malam itu.
Tradisi ini menitikberatkan pada ketenteraman batin dan keselamatan sehingga diselingi doa dalam ritualnya.
Selain itu dikenal pula tradisi berziarah ke makam leluhur dan tempat-tempat suci pada malam 1 Suro. Ziarah yang dilakukan dipercaya membawa keberkahan dan keberuntungan.
Sedangkan di Kendal, masyarakat akan makan bersama di tempat terbuka pada malam hari. Aksi ini disebut Tradisi Barikan.
Mereka duduk beralaskan tikar dan membawa makanan masing-masing. Makanan itu akan ditukar atau dibagikan ke warga lain untuk disantap bersama-sama.
Editor: Rizky Agustian