Serangan di Turki-Palestina serta Lone Wolf di Prancis
Berita tersebut telah dirilis istana kepresidenan Elysee (The Guardian). Perdana Menteri Elisabeth Borne menegaskan, sementara ini negaranya akan berada dalam situasi waspada teroris. Kebijakan ini diambil pascaterjadi penikaman terhadap seorang guru bahasa Prancis Dominique Bernarddi, berumur 57 tahun, di sebuah SMA di kota Arras Prancis timur laut. Korban, sang guru meninggal di tempat, di halaman sekolah, karena kehabisan darah akibat beberapa luka tusukan di leher.
Jean-François Ricard, jaksa antiteroris Prancis menjelaskan, tersangka adalah pelaku tunggal bernama Mohammed M, lahir pada tahun 2003 di Republik Ingushetia di Kaukasus utara Rusia. Sang jaksa juga menerangkan bahwa saksi mendengar tersangka berteriak "Allahu Akbar, Allahu Akbar" berkali-kali sambil menyerang membabi buta guru dan staf di sekolah Gambetta-Carnot di pusat Arras tersebut. Akibatnya beberapa tempat keramaian dan kegiatan turisme seperti Museum Louvre sering kali tiba-tiba ditutup.
Karena secara teori penyebaran terorisme bersifat global, artinya bila terjadi serangan di suatu negara, maka sel terorisme di negara lain yang sedang tiarap aktivitas, berhibernasi (hybernated cell), atau yang sedang berada di negara lain dan menjalin dukungan sel di negara sahabat tersebut (relocated cell atau relocator) dan loyalis ideologi bisa saja tiba-tiba bangkit dan melakukan aktivitas.
Caranya mungkin yang pertama, membangun kekuatan baru atau menghidupkan sel lama. Namun, bila terendus aparat, maka cara yang kedua melakukan gerakan lone wolf, yakni dengan bunuh diri atau menyerang aparat maupun warga sipil yang tidak berdosa.
Semoga bermanfaat.
Editor: Maria Christina