Struktur Teks Negosiasi, Pengertian, Ciri-Ciri dan Contohnya
JAKARTA, iNews.id - Struktur teks negosiasi harus diketahui setiap siswa agar bisa mengerti dalam pelajaran bahasa Indonesia. Berikut pengertian, ciri-ciri dan contohnya.
Teks negosiasi adalah salah satu jenis teks dalam bahasa Indonesia yang membahas mengenai interaksi antara satu orang dengan orang lainnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesepakatan.
Struktur teks negosiasi merupakan urutan-urutan yang ada di dalam sebuah teks negosiasi. Melansir buku ‘CMS’ terbitan Bumi Aksara, ini urutannya:
Bagian ini adalah bagian di mana terjadi pengenalan masalah atau pihak yang tidak sependapat. Sehingga di sini terjadi awal mula interaksi dalam negosiasi.
Setelah terjadi interaksi oleh pihak-pihak yang tidak sependapat, di sini mulai terjadi usulan dalam memecahkan masalah. Usulan tersebut diajukan oleh pihak pertama dalam negosiasi.
Dalam penawaran terjadi adu argumen yang ditujukan untuk menyelesaikan konflik yang ada. Argumen yang digunakan di sini adalah argumen yang sehat bukan merupakan argumen yang memojokkan.
Persetujuan dalam struktur teks negosiasi berisi tentang hasil kesepakatan atau ketidaksepakatan yang terjadi di antara pihak satu dengan lainnya. Pada tahap ini masing-masing pihak sudah membuat keputusan dari argumen yang terjadi sebelumnya.
Tahap ini berisi mengenai penegasan kembali terhadap hasil kesepakatan yang ada sebelumnya, yaitu pada tahap persetujuan. Baik itu penegasan terhadap kesepakatan maupun ketidaksepakatan.
Setelah mengetahui struktur teks negosiasi, berikut contoh teks negosiasi melansir buku “Bahasa Indonesia Kelas X” terbitan erika books media publishing .
Pembeli: "Berapa harga sekilo mangga ini, Bang?"
Penjual: "Tiga puluh ribu, Bu. Murah."
Pembeli: "Boleh kurang kan, bang?"
Penjual: "Belum boleh, Bu. Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Matang pohon."
Pembel : "Iya, Bang, tapi harganya boleh kurang kan? Kan lagi musim, Bang. Dua puluh ribu saja ya?"
Penjual: "Belum boleh, Bu. Dua puluh delapan ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu."
Pembeli: "Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, kan Bang?"
Penjual : "Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi."
Pembeli : "Iya, Bang. Yang penting saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk."
Penjual : "Saya jamin, Bu. Kalau ada yang busuk boleh ditukarkan."
Pembeli : "Baiklah, saya ambil 3 kilo ya Pak." Akhirnya, penjual mempersilahkan pembeli untuk memilih dan menimbang sendiri mangga yang dibelinya.
Perihal HP barunya itu, sesungguhnya sudah lama Rani menginginkannya. Beberapa kali ia membujuk Ayahnya agar dibelikan HP. Gagal meminta langsung pada Ayahnya, Rani pun minta bantuan ibunya.
Namun, tetap saja usaha Rani gagal. Minggu lalu, Rani benar-benar berusaha meyakinkan ayahnya betapa ia sangat membutuhkan HP.
"Yah ... Rani benar-benar perlu HP. Belikan ya, Yah?" kata Rani pada ayahnya.
"Ayah belum punya cukup uang untuk membeli HP, Ran. Lagi pula kan sudah ada telepon rumah," kata ayah sambil meletakkan koran ke atas meja.
"Tapi, Yah... semua teman Rani punya HP. Mereka dapat dengan mudah menelepon orang tuanya saat terpaksa pulang telat."
"Lha kalau begitu kamu jangan pulang telat," kata ayah lagi. Rani hampir saja menangis.
"Tak hanya itu, Yah ... Rani iri sama teman-teman Rani yang dapat dengan mudah mengunduh materi pembelajaran, mengirim tugas, bahkan berdiskusi untuk mengerjakan tugas-tugas tanpa harus keluar rumah," kata Rani dengan kalimat yang runtut dan jelas.
Kalimat yang sudah beberapa hari ia rancang untuk merayu Ayahnya. Mendengar penjelasan Rani, Ayah melepas kacamatanya dan menatap Rani dengan lembut.
"Sebegitu pentingkah HP itu bagimu, Nak?" Rani hampir saja melonjak kegirangan mendengar reaksi ayahnya.
"Iya, Yah. Apalagi guru-guru sering menugaskan kami untuk mengirim tugas ke grup facebook atau mengunggah tugas di blog. Kalau Rani punya HP kan enak. Bisa buat diskusi bareng teman-teman sekaligus dapat mengakses internet melalui HP."
"Hm... Ayah akan membelikan HP untuk Rani, asal .... ayah seakan sengaja menggoda Rani.
"Asal apa, Yah?" tanya Rani tak sabar.
"Asal Rani rajin belajar dan berjanji akan menggunakan HP itu untuk hal-hal yang positif."
"Rani janji, Yah. Makasih ya Ayah," janji Rani sambil memeluk Ayahnya.
Kamis pagi usai pelajaran olahraga, Bu Mia, guru Kimia masuk kelas X MIPA tepat waktu. Tak seperti biasanya, hari itu anak-anak belum selesai berganti pakaian. Penyebabnya, mereka baru saja mengikuti ujian lari mengelilingi stadion.
Sebenarnya hari itu Bu Mia akan memberikan ulangan. Beberapa siswa yang napasnya masih memburu dan keringatnya bercucuran, mengajukan usul pada Dani.
"Dan ... minta Bu Mia menunda ulangan dong. Capek nih," kata Ali. "Waduuuh aku gak berani," jawab Dani. “Lia saja suruh bilang. Dia kan ketua kelas," sambung Dani.
"Baiklah, aku akan mencoba merayu Bu Mia. Doakan berhasil," kata Lia.
"Beres. Kamu kan ketua kelas."
Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti pelajaran. "Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?" tanya Lia sambil duduk.
"Iya. Ada apa?"
"Begini, Bu, saya mewakili teman-teman, Lia minta maaf karena teman teman belum selesai ganti baju."
"Biasanya kan tidak terlambat seperti ini?" tanya Bu Mia. "Iya, Bu. Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali."
"Oh... kenapa tidak bilang tadi? Kalian sudah minum?" suara Bu Mia berubah ramah setelah tahu penyebab Lia dan kawan-kawannya terlambat ganti baju.
"Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan," jawab Lia tetap dengan sopan. "Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar."
"Ya sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita latihan soal saja,” jawab Bu Lia mengagetkan Mia dan teman-teman.
"Makasih, Bu," kata Lia.
"Eit ... tapi ingat. Kalian harus tertib. Tidak boleh gaduh dan mengganggu kelas lain. Dan masuk kelas lagi tepat pukul 09.00 WIB." "Iya, Bu. Makasih."
Teman-teman Lia yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Lia dan Bu Mia bertepuk tangan gembira mendengar keputusan Bu Mia.
Sekian pembahasan mengenai struktur teks negosiasi, ciri-cirinya, serta contohnya. Semoga kalian dapat memahami ulasan ini dengan baik.
Editor: Puti Aini Yasmin