Di sisi lain, Deni menyebut mayoritas warga mengaku khawatir akan tertular covid-19 jika pilkada tetap dilakukan. Di mana warga yang mengaku khawatir mencapai 77 persen yang terdiri atas 16 persen sangat khawatir dan 61 persen cukup khawatir. Sementara itu 18 persen kurang kahwatir, 3 persen tidak kahwatir sama sekali, dan 2 persen tidak tahu/tidak jawab.
“Jadi pada saat yang sama warga itu khawatir tapi juga mereka ingin pilkada tetap dilakukan dengan konsekuensi-konsekuensi yang ada. Ini dua hal yang kami temukan,” tuturnya.
Deni menyebut kekhawatiran tertular covid-19 dirasakan oleh warga dari daerah pilkada maupun non-pilkada. Responden di daerah Pilkada 2020 yakni sebanyak 15 persen sangat khawatir, 60 persen cukup khawatir, 19 persen kurang khawatir, 4 persen tidak khawatir, dan 2 persen tidak tahu atau tidak jawab.
Sementara untuk warga di daerah non-pilkada, sebanyak 17 persen mengaku sangat khawatir tertular covid-19. Lalu 62 persen cukup khawatir, 17 persen kurang khawatir, 2 persen tidak khawatir sama sekali, dan 2 persen tidak tahu atau tidak jawab.
“Kekhawatiran tertular covid-19 itu tidak berbeda signifikan. Baik yang ada di wilayah pilkada maupun non-pilkada. Kalau soal kekhawatiran itu sama. Sama-sama khawatirnya,” ujarnya.
Survei ini menggunakan sampel sebanyak 1.201 responden yang dipilih secara acak dari koleksi sampel acak survei tatap muka yang telah dilakukan oleh SMRC sebelumnya dengan jumlah proporsional menurut provinsi untuk mewakili pemilih nasional. Survei ini dilakukan dengan metode melalui telepon. Dimana tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error plus minus 2,9 persen.
Editor: Rizal Bomantama
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku