Terowongan dan Perang Masih Panjang
Hamidin
Mantan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT, Pengamat Terorisme
MEMBAYANGKAN untuk bertahan hidup saja, kalau di bawah tanah, tentu sulit. Bagaimana bernapas, bagaimana pencahayaan dan penerangan, bagaimana sanitasi, bagaimana masak, bagaimana berinteraksi sosial? Sungguh sulit diterima nalar logika dan akal dilakukan oleh manusia seperti kita.
Namun bayangan seperti ini tidak bagi pejuang Hamas di Gaza. Mereka nyatanya telah mampu membuat terowongan yang jika ditotal panjangnya bisa mencapai 500-an km. Padahal dilihat dari luas wilayahnya, Gaza hanya lebih besar sedikit dari Munich, Jerman. Menurut lembaga think tank GIDS Bundeswehr, terowongan yang jumlahnya mencapai 1.300 itu tidak saja dilengkapi pasokan listrik, air, dan makanan, tapi juga jebakan yang dibuat jika tentara Israel memasikinya. Cerita tentang terowongan dan lorong bawah tanah ini bukan pepesan kosong.
Yocheved lifchitz (85), warga Israel yang sempat disandera Hamas kemudian dibebaskan, sempat digiring melalui lorong-lorong yang semerawut selama hampir 3 jam, seperti labirin laba-laba.
Penulis akhirnya mengingat, beberapa waktu lalu bersama keluarga pernah pelesiran ke Kota Tua bawah tanah yang berusia 2.500 tahun di Naples atau Sotterranea. Memang sulit untuk kita membayangkan, tapi nyatanya pada masa itu mereka mampu bertahan hidup di lorong bawah tanah seperti labirin itu.
Karena konsep terowongan dibuat untuk perang melawan Israel tentu Hamas telah memperhitungkan secara cermat dan baik, apa kegunaan terowongan tersebut. Menurut penulis, Pertama; untuk fungsi pertahanan di mana lorong labirin bawah tanah akan mampu melindungi pasukan setingkat brigade apabila terjadi serangan udara pihak Israel.
Karena kedalamannya bisa mencapai 40 sampai 50 meter, maka pasukan akan aman dari serangan jet tempur dan infantri darat Israel. Kedua, bisa digunakan untuk tempat mengungsi warga Gaza bila terjadi serangan darat serta juga bisa dipakai untuk tempat menahan dan mengurung sandera israel.
Ketiga, efektif untuk menjebak atau sebagai killing ground bagi tentara Israel, dan memudahkan melakukan penyergapan seketika. Keempat, bisa pula digunakan untuk mengecoh pasukan Israel, karena di terowongan akan terjadi lost command saat penyergapan, di bawah tidak ada sinyal. Sementara Hamas sudah piawai dalam menggunakan persandian dalam mengorganisasi setiap penyerangan.
Mick Ryan, purnawirawan perwira AS yang kini bekerja di Pusat Kajian Strategis Internasional juga menegaskan, serangan terhadap Hamas sulit dilakukan karena ada 2,4 juta penduduk tinggal di wilayah tersebut.
Karenanya, penyelundupan manusia dan senjata biasa dilakukan Hamas untuk menghindari blokade Israel di Jalur Gaza dan hal itu telah berlaku sejak Hamas berkuasa pada 2007. Saat itulah pembuatan ratusan terowongan, yang kemudian diperpanjangan sampai perbatasan Sinai Mesir, tempat sejak 2014 telah dijadikan untuk jaringan pergerakan cepat melalui Jalur Gaza. Hamas terus menggali terowongan. Konon setiap pembuatan terowongan bisa menghabiskan 479.000 euro.
Mulainya Perang Bawah Tanah
Menghadapi situasi di Gaza, tentara Israel telah membentuk komando khusus yang mendeteksi dan menghancurkan terowongan. Ada unit khusus "Yahalom" yang khusus mengembangkan metode baru pelacakan perorangan di bawah tanah yang menggunakan anjing khusus yang terlatih. Tapi apa dikata, tanggal 7 Oktober lalu, Hamas melakukan serangan besar-besaran yang menyebabkan 1.400 orang tewas dan 239 lainnya diculik.
Itulah yang menyebabkan Israel menyerang balik dan menewaskan 9.400 orang di Gaza, (walaupun menurut AFP angka tersebut tidak terverifikasi). Israel, sejatinya sangat takut menghadapi terowongan di bawah Gaza, karena selain kedalamannya bisa mencapai 40 sampai 50 meter, juga kendali komando sulit untuk dilakukan dengan baik. Para ahli menyebutnya sebagai Metro Gaza.
Strategi Israel Melawan Musuh di Terowongan
Untuk mengatasi situasi perang terowongan, Israel mengembangkan senjata baru yang berbasis busa spons yang disebut Spon Bomb atau bom busa. Senjata ini diletakkan di depan lubang terowongan kemudian diledakkan secara manual atau remote kontrol. Bom meledak dan selanjutnya busa akan mengeras menjadi poam yang dapat menutupi lubang terowongan.
Perang Oktober 2023
Pada 30 Oktober Israel meluluhlantakkan Jalan Salaheddin dan menembaki setiap mobil yang lewat, tank-tank Angkatan Darat membombardir poros lalu lintas penting sepanjang 1 km di kedua sisi Kota Gaza yang telah mereka kuasai. Sebagian penduduk mengikuti imbauan Israel untuk meninggalkan wilayah utara.
Besoknya pada 31 Oktober, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan tidak menyetujui gencatan senjata dengan Hamas. Netanyahu kembali menegaskan, seruan agar Israel menyetujui gencatan senjata sama artinya menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme, dan menyerah pada barbarisme dan itu tidak akan terjadi.
Pada 1 Novembe, komunitas internasional dari beberapa negara meminta Netanyahu agar memihak negaranya, karena kini ditarik sebuah garis antara kekuatan perdaban dan kekuatan barbarisme. Dia mengatakan jika poros kejahatan Hamas dan Iran menang maka wargalah yang akan menjadi sasaran berikutnya.
Pada saat bersamaan Israel juga menyerang posisi milisi syiah Hizbullah di Lebanon karena dikhawatirkan akan membuka front baru untuk mendukung Hamas. Masih di waktu yang sama, Israel menyerang kamp pengungsi Jabalia yang merenggut banyak nyawa.
Akankah Perang Berakhir dalam Waktu Dekat?
Tidak satu pun negara mampu menjamin, tidak juga PBB. Rumitnya terowongan Gaza, kerasnya PM Netanyahu, kerasnya perjuangan Hamas, sulitnya bantuan PBB masuk, komunikasi yang terbatas, ditambah tidak ditaatinya aturan hukum humaniter internasional membuat masyarakat dunia pesimis perang akan segera berakhir.
Namun semoga krisis kemanusiaan cepat berakhir.
Editor: Anton Suhartono