Toleransi Kokoh, Isu Hoaks Berlatar Agama Tak Pernah Mempan di Kampung Karanggede Bantul
Ada semacam menara yang digunakan untuk memasang pengeras suara yang menghadap ke sejumlah arah. Sekira 30 meter dari masjid ke arah selatan ini juga berdiri sebuah rumah ibadah yakni Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Pendowoharjo.
Gereja ini berdiri tepat di pinggir jalan, di seberang jalan ada selokan yang cukup lebar sekitar tiga meteran. Gereja ini tampak seperti rumah biasa. Sepintas tidak terlihat jika itu adalah bangunan gereja.
Saat jurnalis MNC Portal datang ke kampung itu, tampak dua pria tengah ngobrol asyik di depan rumah yang letaknya persis di depan Pura Karanggede. Mereka kemudian menyapa MNC Portal.
“Orang sini los dol kok,” kata Samsu, 35, salah satu pria tersebut sambil tersenyum.
Samsu memakai istilah 'los dol' untuk mengambarkan betapa tolerannya warga Karanggede terhadap penganut agama lain. Menurutnya isu-isu intoleran dan SARA tak mempan di kampungnya ini.
“Yang di medsos-medsos itu nggak mempan kalau di sini. Itu yang di Lampung pernah ada konflik agama Islam dan Hindu di sini juga santai-santai saja. Warga sini nggak gagas, rukun-rukun saja,” ujar Samsu.
Mayoritas warga Karanggede adalah penganut Islam. Dari 137 kepala keluarga (KK), hanya ada tiga KK yang menganut agama Kristen, dan empat KK beragama Katolik. Sementara meski ada pura di kampung itu, warga Karanggede sama sekali tidak ada yang beragama Hindu.
“Dulu ada yang beragama Hindu tapi sekarang sudah tidak ada,” tutur Ketua RT 01 Heri Joko.
Meski mayoritas beragama Islam, warga Karanggede selalu membantu jika ada penganut agama lain tengah ada 'sembahyangan'. Seperti di Pura Karanggede. Setiap purnama sekali, di lokasi itu digelar sembahyang oleh umat Hindu yang semuanya berasal dari luar daerah di Karanggede.