TPM Ganjar-Mahfud soal Ide Carbon Capture Storage: Lingkungan Dulu, Baru Ekonomi
JAKARTA, iNews.id - Tim Pemenangan Muda (TPM) Ganjar-Mahfud menilai regulasi carbon capture and storage yang dibahas Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka pada debat cawapres perdana merupakan tantangan besar di masa depan. Inti dari carbon capture and storage tersebut adalah lingkungan.
Wakil Deputi II Generasi Y dan Z Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Achyar Al Rasyid mengatakan, pertanyaan Gibran yang disampaikan kepada Cawapres Nomor Urut 3 Mahfud MD di luar konteks tema debat yakni ekonomi. Menurut dia, prinsip carbon capture and storage berada pada sektor lingkungan.
“Pertanyaan Gibran terkait regulasi carbon capture and storage itu di luar konteks dari tema debat. Carbon capture and storage itu nilai dan prinsipnya ada pada bidang lingkungan. Soal pasca itu ada efek ekonomi, itu adalah efek samping semata. Tapi sekali lagi, jangan dibalik, tujuan dan niat utamanya untuk ekonomi, nanti akan berdampak buruk bagi sikap dari para pengusaha dan pelaku industri," ujar Achyar dalam keterangannya, Selasa (26/12/2023).
Dia mengatakan, penerapan carbon capture and storage akan membebankan pelaku industri karena membutuhkan tambahan investasi teknologi. Dia menilai, pembahasan carbon capture and storage seakan mengubah logika berpikir terkait tema debat cawapres perdana.
"Ibaratnya akan muncul pandangan penerapan teknologi carbon capture and storage yang ini jelas memerlukan tambahan investasi baru ke dalam teknologi perindustrian. Mereka (pelaku industri) akan berpikir berapa biayanya yang diperlukan, berapa biaya operasionalnya, jika sekian yang harus dikeluarkan, maka dari industri yang dijalankan harus memproduksi seberapa banyak barang produk sehingga tetap untung, ini berbahaya. Apalagi dalam debat kemarin, carbon capture and storage ini ditanyakan pada tema ekonomi, ini jelas ingin menukar logika berpikir," ujar Achyar.
Kandidat Ph.D Urban Planning Tianjin University Tiongkok itu mengatakan, carbon capture and storage bukanlah hal yang baru dalam dunia industri. Hanya saja, kata dia, carbon capture and storage bisa dikatakan belum berhasil berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan.
“Dalam sebuah laporan dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), kegiatan operasi carbon capture and storage hanya menghasilkan total 39 juta ton karbon dioksida per tahun. Angka ini hanya sekitar 1/10.000 dari total 36 miliar ton emisi yang dibuang ke atmosfer pada tahun 2021. Saya yakin faktor utamanya tadi, ada kekeliruan mindset untung rugi, karena jelas teknologi yang diperlukan cukup besar pembiayaannya," tutur Achyar.
"Dalam jurnal oleh Chelvam and Hanafiah yang berjudul 'Life Cycle Assessment of Carbon Capture, Utilisation and Storage Technologies: An analytical Review' menunjukkan bahwa penerapan teknologi penangkapan karbon dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, namun juga dapat meningkatkan beban lingkungan lainnya seperti asidifikasi, eutrofikasi, dan toksisitas ekosistem tergantung pada metode penangkapan karbon yang digunakan," tutur Koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia 2022-2023 itu.